Saturday, November 29, 2014


MAKALAH
OLAHRAGA DAN PENDIDIKAN JASMANI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata Kuliah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Dosen : Sartono, S.Pd., M.Or.









Di susun :

Anggi Candra Permadi
Kokom Komala
NurhayaAbaita

PGSD C
Semester VII



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU  SEKOLAH DASAR
STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN
JL. Raya Cigugur No. 28 Kuningan – Jawa Barat 45511 Tlp./Fax (0232) 874085
2014

KATA PENGANTAR

          Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi Rahmat serta Karunia – Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
            Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas makalah ini kami berusaha menyusunnya dengan sebaik-baiknya dan bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada kami dan mahasiswa yang lain agar mengetahui tentang “Olahraga dan Pendidikan Jasmani”.
            Dengan disusunnya makalah ini kami harapkan para mahasiswa dapat menambah pengetahuannya tentang konsep olahraga dan pendidikan jasmani tersebut serta dapat mengambil hikmah dari makalah ini sehingga dapat diajarkan kepada orang yang belum tahu.
            Tanpa bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan kami pasti tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Serta tidak lupa ucapan terima kasih kami tujukan kepada Bapak dosen mata kuliah  olahraga.
           Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mohon kemakluman dan kami harapBapak Dosen dapat membimbing kami lebih baik lagi agar di kemudian hari bisa lebih baik dari sekarang.
            Demikian dari kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dan apabila ada kekurangannya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekian dan terima kasih.


                                                                        Kuningan,            Oktober  2014
Penyusun.





                                                      DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………..…....                  i
Kata Pengantar……………………………………..….………...                 ii
Daftar Isi……………………………………………………...…                  iii

BAB I PENDAHULUAN                                
A.    Latar Belakang………………………………………….                   1
B.     Rumusan Masalah ..…………………………………….                   2
C.     Tujuan . . . . .  . . . ………………………………………                   2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Jasmani.…….……………… . .                    4
B.     Pengertian Olahraga……..…………………………… .                    5
C.     Perbedaan Olahraga dan Pendidikan Jasmani . . . . . . . .                    6
D.    Hubungan Olahraga dan Pendidikan Jasmani.……… . .                   7

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan………………………………………......….                  9
B.     Saran………………………………………………….…                  9

Daftar Pustaka…………………………………………………...                 10










BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Konsep pendidikan jasmani merupakan bagian penting dalam proses pendidikan. Artinya pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang titempel dalam program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi pendidikan jasmani adalah bagian yang terpenting dalam pendidikan. Melalui pendidikan jasmani diarahkan dengan baik anak-anak akan mengembangkan ketrampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktifas yang konduksif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya meskipun pendidikan jasmani menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan penjas diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang.

Jadi pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiaanya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

Tujuan pendidikan jasmani yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak baik dalam aspek fisik, mental,sosil, emosional dan moral. Singkatnya pendidikan jasmani bertujuan mengembangkan potensi setiap anak setingi-tingginya yaitu meliputi ranah kognitif, Psikomotor, dan afaktef. Jadi tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya” karena pada dasarnya hasil riset telah menunjukan adanya hasil psikologis yang positif dan keuntungan sosial dari keterlibatan anak muda dalam aktifitas jasmani. Bukti terkuat adalah dalam lingkup self - esteem, dan self concept dikalangan adolens. Selain itu juga ada bukti mengenai hubungan positif anatara aktifitas jasmani dan kemampuan kognitif.
Temuan juga menunjukan hubungan negative antara aktifitas jasmani dan sejumlah simtom psiko-somatik yang berarti menunjukan bahwa anak-anak muda yang lebih aktif dalam olahraga dan aktivitas jasmani memiliki kemampuan yang lebih tinggi mengatasi stress. Temuan juga serupa untuk gejala kenakalan dan penyimpangan perilaku remaja.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksut dengan Olahraga ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Penjas ?
3.      Apa perbedaan Olahraga dan Penjasa ?
4.      Bagaimana hubungan Olahraga dan Penjas ?

C.  Tujuan
1.      Mengetahui dimaksut dengan Olahraga ?
2.      Mengetahui  dimaksud dengan Penjas ?
3.      Mengetaui Olahraga dan Penjasa ?
4.      Mengetahui hubungan Olahraga dan Penjas ?












BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani.

Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan nilai-nilai luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya tidak akan pernah tercapai. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan, dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan jasmani.

Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, dimana pendididkan jasmani disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (pysical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi. Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Tentunya proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antarpelakunya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
A.    Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani terdiri dari kata pendidikan dan jasmani, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (KBBI, 1989), jasmani adalah tubuh atau badan (fisik). Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika kata pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk frase atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical education), yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas yang mengembangkan dan memelihara tubuh manusia.Namun yang dimaksud jasmani di sini bukan hanya badan saja tetapi keseluruhan (manusia seutuhnya), karena antara jasmani dan rohani tidak dapat dipisah-pisahkan. Jasmani dan rohanai merupakan satu kesatuan yang utuh yang selalu berhubungan dan selalu saling berpengaruah.

Nixon and Cozens (1963: 51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut.

Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.

Bucher, (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.

Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.

Pendidikan Jasamani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun angota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

Definisi Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

B.  Pengertian Olahraga
Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat).

UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri”. Sedangkan Dewan Eropa merumuskan olahraga sebagai “aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan dalam waktu luang”. Definisi terakhir ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia “Sport for All” dan di Indonesia tahun 1983, “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragaka masyarakat” (Rusli dan Sumardianto,2000: 6).

Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.

C.  Perbedaan Olahraga dan Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani (physical education) digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Olahraga (Sport) untuk kegiatan di luar pendidikan yang berorientasi pada peningkatan prestasi melalui pertandingan dan perlombaan
Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pendidikan Jasmani
Olahraga
Pemahaman gerak
Berpacu pada satuan kurikulum
Subyeknya pelajar (Child Centered)
Pribadi anak seluruhnya
Entry Behavior
Pengaturan disesuaikan
Gerak kehidupan sehari-hari
Perhatian ekstra pada anak lamban
Tidak mesti bertanding
Wajib
Prestasi
Bebas
Subyeknya atlet (Subject centered)
Kinerja motorik
Talent Scouting
Aturan Baku
Gerak fungsional cabang
Ditinggalkan
Selalu bertanding
Bebas

D.  Hubungan Olahraga dan Pendidikan Jasmani
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya. Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.

Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.

Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

Dari beberapa hal di atas saya berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani dapat berdampingan/ sejajar dengan Olahraga, dimana saya memandang dari beberapa aspek seperti halnya : Pendidikan jasmani yang benar dan olahraga yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan . Hal nyata yang diperoleh dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Saya percaya bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan wahana yang paling tepat untuk “ membentuk manusia seutuhnya”.

B.  Saran
Beberapa pelajaran mengenai konsep olahraga dan pendidikan jasmani serta hal-hal lain yang menerangkan tentang konsep tersebut telah teruraikan dalam makalah ini walau mungkin tak sempurna dan masih banyak kekurangan di dalamnya.







DAFTAR PUSTAKA

Ateng Abdulkadir  (1993), Azas dan Landasan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Drs. Aip Syarifudin, M.Pd. dkk (2000), Azas dan Falsafah Penjaskes, Jakarta, Universitas Terbuka
Dr. Hj. Tisnowati Tamat, Drs. Moekarto Mirman, M, Ed (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta,  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan







HUBUNGAN OLAHRAGA DAN SOSIAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
Dosen : Sartono, S.Pd., M. Or
Description: logo.jpg
Oleh :
Asep Tarudianto (116223022)
Ermawati faizah (116223054)
Novia kartika (116223107)
PGSD C
Semester VII









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2014
KATA PENGANTAR
Marilah kita senantiasa memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesejahteraan serta kita dapat beraktifitas khususnya dalam upaya menyelesaikan analisis ini.
Makalah ini disusun secara sederhana untuk memenuhi Tugas kelompok pada mata kuliah Pendidikan Jasmani dan OlahragaHubungan Olahraga dan Sosialmakalah  ini juga dibuat agar kita sebagai pendidik ataupun calon pendidik agar mampu mengaplikasikannya dalam proses belajar baik disekolah maupun di luar sekolah.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita, serta penunjang untuk tugas kuliah. Saya sebagai penyusun mengharapkan masukan dan kritik yang membangun atas segala kekurangan yang kami miliki. Kami berusaha memberi manfaat yang lebih dari pada makalah ini. Oleh karena itu, tiada lain harapan kami agar makalah ini memberikan manfaat yang besar bagi pembacanya.

Kuningan,  Oktober  2014



Penyusun











i
DAFTAR ISI

      Kata pengantar................................................................................................. i
      Daftar isi........................................................................................................... ii
      BAB I PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang..................................................................................... 1
b.      Rumusan Masalah................................................................................. 1
c.       Tujuan Masalah..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
a.    Pengertian Olahraga.............................................................................. 3
b.    Manfaat Olahraga................................................................................. 3
c.    Pengertian Sosial................................................................................... 4
d.   Hubungan Sosial dan Olahraga............................................................ 5
       BAB IIIPENUTUP
a.    Kesimpulan........................................................................................... 10
             DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11






















Ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Olahraga merupakan serangkaian gerak dengan teknik tertentu yang dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan tubuh. Olahraga pada saat ini sudah memiliki banyak variasi dan tidak hanya terpaku pada gerakan fisik saja tetapi sudah merasuk nilai nilai seni di dalamnya.
Kajian olahraga terhadap ilmu olahraga diawali dengan keterlibatan sosiologi sebagai salah satu ilmu yang digunakan untuk mengkaji fenomena keolahragaan. Konsep sosiologi dipaparkan sebagai dasar untuk memahami konsep-konsep sosiologi olahraga, khususnya berkaitan dengan proses sosial yang menyebabkan terjadinya dinamika dan perubahan nilai keolahragaan dari waktu ke waktu. Fenomena olahraga mengalami perkembangan begitu pesat sampai kedalam seluruh aspek olahraga. Olahraga tidak hanya dilakukan untuk tujuan kebugaran badan dan kesehatan, tetapi juga menjangkau aspek politik, ekonomi, sosial,dan budaya. Oleh karenanya pemecahan masalah dalam olahraga dilakukan dengan pendekatan inter-disiplin, dan salah satu disiplin ilmu yang dimanfaatkan adalah sosiologi.
Dari sisi pelaku dan proses sosial yang terbentuk, semakin memantapkan keyakinan bahwa olahraga merupakan kegiatan yang kecil dan dilakukan dalam perikehidupan masyarakat, artinya fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat telah tercermin dalam aktivitas olahraga dengan terdapatnya nilai, norma, pranata, kelompok, lembaga, peranan, status, dan komunitas.
Sosiologi berupaya mempelajari masyarakat dipandang dari aspek hubungan antar individu atau kelompok secara dinamis, sehingga terjadi perubahan-perubahan sebagai wujud terbentuknya dan terwarisinya tata nilai dan budaya bagi kesejahteraan pelakunya untuk peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan secara utuh menyeluruh.
B.     Rumusan masalah
Rumusan masalah disini ialah membahas apa yang terjadi didalam latar belakang, antara lain :
1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian pengertian olahraga ?
2.      Apa yang dirasakan dalam manfaat olahraga ?
3.      Apa yang dimaksud dengan pengertian sosial ?
4.      Hubungan sosiologi (sosial) dengan olahraga ?
C.    Tujuan Masalah
Tujuan masalah disini ialah membahas apa yang terjadi dalam rumusan masalah, antara lain :
1.      Memahami pengertian pengertian olahraga !
2.      Mampu memahami manfaat olahraga !
3.      Memahami pengertian sosial !
4.      Memahami Hubungan sosiologi (sosial) dengan olahraga !



























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Olahraga
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup dan meningkatkan kemampuan gerak meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan.
Dalam olahraga terdapat Pedagogi olahraga mencakup dua hal utama :
1.    Tindakan pendidikan praktis dalam bermain dan olahraga, dan karena itu  ada landasan teoretis bagi kegiatan olahraga yang mengandung maksud mendidik tersebut; dan
2.    Praktik yang dimaksud berbeda dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan jasmani yang mengutamakan latihan gaya militer dan drill di beberapa negara, khsusnya di Jerman; praktik baru itu disertai konsep teoretis  pendidikan jasmani, kontrol terhadap badan, dan disiplin, yang menyatu dengan gerak fisik, ability, dan keterampilang dibawah pengendalian jiwa dan kemauan
B.     Manfaat Olahraga
Dalam berolahraga terdapat beberapa manfaat antara lain :
1.      Meningkatkan daya tahan tubuh.
Olahraga yang teratur dapat meningkatkan daya tahan tubuh dikarenakan gerakan-gerakan dalam olahraga memicu hormon adrenalin yang mendorong jantung untuk bekerja lebih keras sehingga aliran darah lebih deras mengalir ke otot dan otak. Maksud dari reaksi dari hormon adrenalin ini adalah untuk mempersiapkan tubuh dalam menghadapi berbagai ancaman yang mungkin akan terjadi baik secara fisik maupun dalam bentuk penyakit. Itulah mengapa olahraga teratur sangat disarankan karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh akibat hormon adrenalin yang terus dikeluarkan secara teratur.
2.       Meningkatkan kinerja otak.
Aliran darah yang deras mengalir akibat reaksi dari hormon adrenalin tersebut membawa oksigen ke otak yang memang memerlukannya dan membuat kinerja otak lebih baik sehingga dapat fokus pada aktifitas yang sedang dilakukan.

3.      Menunda penuaan.
Berolahraga memicu produktivitas sel-sel baru pada kulit sehingga kulit akan lebih kencang dan mengurangi kerutan karena sel-sel yang mati cepat tergantikan oleh sel-sel kulit yang baru diproduksi tersebut.
4.      Mengurangi resiko stress.
Sudah pasti resiko stess akan jauh berkurang jika kita berolahraga akibat meningkatnya kadar hormon serotonin dalam otak yang berfungsi untuk mengendalikan mood.
5.      Meningkatkan kepercayaan diri dan penampilan.
Seseorang yang berolahraga pasti akan memiliki stamina dan energi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan yang tidak berolahraga. Stamina dan energi yang bagus akan mempengaruhi kondisi psikologis seseorang hingga menimbulkan efek positif seperti perasaan kuat, nyaman, aman dan tenang. Efek positif tersebut tentunya dapat menimbulkan kepercayaan diri setiap orang.
C.    Pengertian Sosial
Sosial dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan.
Dalam hubungan nya sosial, sosial terdapat manfaat diantaranya :
1.      Struktur sosial - urutan derajat kelas sosial dalam masyarakat mulai dari terendah sampai tertinggi. Contoh: kasta.
2.      Diferensiasi sosial - suatu sistem kelas sosial dengan sistem linear atau tanpa membeda-bedakan tinggi-rendahnya kelas sosial itu sendiri. Contoh: agama.
3.      Integrasi sosial - pembauran dalam masyarakat, bisa berbentuk asimilasi, akulturasi, kerjasama, maupun akomodasi.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat yang dipandang dari sudut hubungan antar manusia yang terwujud dalam suatu proses sosial yang didalamnya melibatkan dan memunculkan struktur sosial, nilai, norma, pranata, peranan, status, individu, kelompok, komunitas, dan masyarakat, sosiologi telah memberi kontribusi pada disiplin ilmu lain untuk keperluan praktis dalam mengkaji dan memecahkan masalah yang muncul.
Hasil kajian tersebut digunakan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan disiplin ilmu terkait
D.    Hubungan Sosiologi (sosial) dengan Olahraga
Sosiologi olahraga merupakan sosiologi terapan yang dikenakan pada olahraga, sehingga dapat dikatakan sebagai sosiologi khusus yang berusaha menaruh perhatian pada permasalahan olahraga. Sebagai ilmu terapan, sosiologi olahraga merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu, yaitu sosiologi dan olahraga, yang oleh Donald Chu disebut sebagai perpaduan antara sosiologi dan olahraga.
Sebagai ilmu murni yang bersifat non-etis, teori-teori sosiologi berpeluang untuk dicercap oleh disiplin ilmu lain, dan sebagai disiplin ilmu yang relatif baru, olahraga masih menggunakan teori-teori dari disiplin ilmu lain untuk menyusun teori ataupun hukum-hukum keilmuannya. Dalam hal ini ilmu olahraga bersifat integratif, yaitu berusaha menerima dan mengkombinasikan secara selaras keberadaan ilmu lain untuk mengkaji permsalahan yang dihadapi.
Sosiologi olahraga berupaya membahas perilaku sosial manusia, baik sebagai individu maupun kelompok, dalam situasi olahraga, artinya, saat melakukan kegiatan olahraga, pada dasarnya manusia melakukan kegiatan sosial yang berupa interaksi sosial dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi ia terikat oleh nilai atau norma yang berlaku pada komunitas dimana ia berada dan pranata-pranata yang berlaku pada cabang olahraga yang sedang dilakukan.
Pelanggaran terhadap nilai dan norma atau perilaku yang menyimpang dari peran yang dimainkannya akan berakibat adanya sangsi, penentuan jenis sangsi ini ditentutan atas kesepakatan bersama, atau aturan yang telah dibakukan, kesemuanya itu dilakukan agar aktivitas olahraga yang dimainkan bisa berjalan secara aman, tertib dan lancar. Latar belakang munculnya kajian sosiologi olahraga ini dapat dikaji dari fenomena yang ada dalam dunia keolahragaan, yaitu: pertama ilmu keolahragaan menggunakan pendekatan inter-disiplin dan cross-disiplin dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, kedua, telah diyakini dan diakui kebenarannya suatu teori yang menyatakan: “sport is reflect the social conditionatau “ sport is mirror of society”.
Sebagai disiplin ilmu baru, dan masih dalam proses memperoleh pengakuan dari komunitas masyarakat ilmuwan, keberadaan olahraga telah berkembang sedemikian pesat. Kajian terhadapnya dilakukan dalam frekuensi dan intensitas yang tinggi, baik secara mikro, maupun makro.
1.      Secara mikro
kajian ilmu olahraga difokuskan pada upaya-upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas teori dan hukum pendukung ilmu olahraga, sehingga dihasilkan temuan-temuan yang dapat memperkokoh keberadaan olahraga sebagai fenomena aktivitas gerak insani yang berbentuk pertandingan ataupun perlombaan, guna mencapai prestasi yang tinggi. Kajian secara mikro dilakukan dalam konteks internal keolahragaan, yang secara epistemologi diarahkan pada proses pemerolehan ilmu yang digunakan untuk meningkatkan kualitas gerak insani secara lebih efektif dan efisien.
2.      Secara makro
kajian ilmu olahraga diarahkan pada aspek fungsional kegiatan olahraga bagi siapapun yang terlibat langsung maupun tidak langsung, seperti pelaku (atlet), penikmat (penonton), pemerintah, pebisnis dan sebagainya. Pada konteks itu, olahraga dikaji secara aksiologis untuk mengetahui pengaruh olahraga pada pelakunya sendiri atau khalayak luas, terutama pengaruh sosial yang mengakibatkan posisi olahraga tidak lagi dipandang sebagai aktivitas gerak insani an sich, melainkan telah berkembang secara cepat merambah pada aspek-aspek perikehidupan manusia secara luas. Olahraga pada era kini telah diakui keberadaan sebagai suatu fenomena yang tidak lagi steril dari aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sehingga tidak berlebihan dikatakan bahwa pemecahan permasalahan dalam olahraga mutlak diperlukan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah sosiologi.
Beragam kondisi obyektif di masyarakat dapat dijadikan bukti bahwa olahraga telah merambah pada kehidupan sosial manusia, misalnya: tak ada satupun media massa yang tidak memuat berita olahraga, bahkan di Amerika telah diyakini bahwa tanpa berita olahraga, banyak massa media yang akan bangkrut, karena tidak akan dibaca oleh khalayak.
Suatu pertandingan atau perlombaan olahraga telah menyita perhatian berjuta manusia sebagai penikmatnya, telah memakan jutaan dolar untuk penyelenggaraannya, belum lagi tenaga dan waktu yang tersita untuk melaksanakan atau menikmatinya. Pengaruh olahraga di masyarakat tidak sekedar penghayatan menang atau kalah, tetapi lebih luas lagi menyangkut harga diri, kebanggaan, penyaluran potensi-potensi destruktif, bahkan pada komunitas tertentu, olahraga telah diakui kesejajarannya dengan agama.
Dari paparan tersebut, olahraga telah diakui sebagai mikrokosmos kehidupan masyarakat. Upaya pengkajian terhadap masyarakat sebagai whole system dapat dilakukan dengan mengakaji fenomena olahraga sebagai part systemnya. Oleh karena itu, memecahkan masalah olahraga merupakan suatu upaya pendekatan terhadap masyarakat luas, dan ini hanya mampu dilakukan dengan menggunakan sosiologi sebagai salah satu disiplin ilmu yang dilibatkan.
E.     Bidang Kajian Sosiologi Olahraga
Bidang kajian sosiologi olahraga sangat luas, mengingat hal itu, para ahli terkait berupaya mencari batasan-batasan bidang kajian yang relevan, misalnya:
1. Heizemann menyatakan bagian dari teori sosiologi yang dimasukkan dalam ilmu olahraga meliputi:
a)    Sistem sosial yang bersangkutan dengan garis-garis sosial dalam kehidupan bersama, seperti kelompok olahraga, tim, klub dan sebagainya.
b)   Masalah figur sosial, seperti figur olahragawan, pembina, yang berkaitan dengan usia, pendidikan, pengalaman dan sebagainya.
c)    Kesehatan dan kebugaran jasmani Meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatah dan kebugaran jasmani dalam aktivitas fisik, termasuk olahraga.
 Olaharaga rekreasi adalah jenis kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang atau waktu-waktu luang.
d)   Olahraga dan kebudayaan. Manfaat transformasi olahraga dan kebudayaan antara lain: Mendukung program masyarakat sehat, mempererat ikatan sosial masyarakat, menjaga identitas budaya bangsa, kebanggaan kolektif bangsa, daya tarik pariwisata dan mendukung terciptanya masyarakat sejahtera. Transformasi Olahraga tradisional bertujuan untuk mengawali restorasi budaya Indonesia sehingga perlahan memperkokoh jati diri bangsa yang seakan pudar.
e)    Pertumbuhan dan rasionalisasi dalam olahraga (merujuk pada kesesuaian dengan akal sehat, dan dapat dinalar sesuai dengan kemampuan otak )
f)    . Pengaruh olahraga terhadap pelakunya ( efek samping dari olahraga terhadap kehidupan sehari-hari
g)   . Olahraga dalam  lembaga pendidikan
h)   Pembentukan pribadi (mengembangkan identitas diri)
Keprihatinan terhadap fenomena degradasi moral dan karakter bangsa makin terasa akut dari masa ke masa Di kalangan masyarakat makin mewabah patologi sosial dan penyalahartian praktik kehidupan demokrasi dengan kebebasan tanpa aturan. Selain itu juga ada perkembangan sentimen kedaerahan dan kesu-kubangsaan yang makin meluncurkan semangat nasionalisme, maraknya kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia, terhadinya degradasi lingkungan, radikalisme atas nama puritanisme dan otensitas agama.
Banyak kalangan berpandangan bahwa problem multidimensional ini harus dipikul oleh institusi pendidikan. Berbeda dengan peran pendidikan di negara-negara maju yang lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, pendidikan di Indonesia memikul beban ganda. Beban ganda itu ialah tidak saja transformasi pengetahuan, tetapi ditambah lagi dengan en-kulturasi berbagai bidang kehidupan, termasuk pembentukan karakter dan kepribadian dalam kerangka nation and character building.
1.      Nilai Dasar Dalam kehidupan sehari-hari olahraga sering disikapi sebagai media hiburan, pengisi waktu luang, senam, rekreasi, kegiatan sosialisasi, dan meningkatkan derajat kesehatan. Secara fisik olahraga memang terbukti dapat mengurangi risiko terserang penyakit, meningkatkan kebugaran, memperkuat tulang, mengatur berat badan, dan mengembangkan keterampilan. Sayangnya, nilai-nilai yang lebih penting dalam konteks pendidikan dan psikologi, yaitu pembentukan karakter dan kepribadian, masih kurang disadari.
Kepribadian, sosialisasi, dan pendidikan kesehatan, serta kewarganegaraan hakikatnya adalah agenda penting dalam proses pendidikan. Sebagaimana pentingnya membaca, menulis, dan berhitung, saat ini perlu ditambahkan lagi dengan respect and responsibility Mengapa? Sebab, sesungguhnya dalam perspektif sejarah sudah sejak lama pendidikan jasmani dan olahraga dijadikan andalan sebagai wahana yang efektif untuk pembentukan watak, karakter, dan kepribadian. Bahkan pem-bentukan sifat kepemimpinan seseorang dapat dicapai melalui media ini
2.      Fair Play, Olahraga dengan segala aspek dan dimensinya, lebih-lebih yang mengandung unsur pertandingan dan kompetisi, harus disertai dengan sikap dan perilaku berdasarkan kesadaran moral. Implementasi pertandingan tidak terbatas pada ketentuan yang tersurat, tetapi juga kesanggupan mental menggunakan akal sehat. Kepatutan tindakan itu bersumber dari hati nurani yang disebut dengan istilah fair play
3.      Kontrol sosial (penyerasian dan kemampuan prediksi) Dalam pengertian pengendalian sosial tercakup segala proses (direncanakan/tidak), bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa pengendalian sosial adalah suatu tindakan seseorang/kelompok yang dilakukan melalui proses terencana maupun tidak dengan tujuan untuk mendidik, mengajak (paksaan/tidak) untuk mematuhi kaidah dan nilai sosial tertentu yang dianggap benar
4.      Sosialisasi (membangun perilaku dan nilai-nilai bersama yang sesuai)
5.      Kesadaran (pola tingkah laku yang benar)
6.      Keberhasilan (cara pencapaian dengan turut aktif atau sebagai penikmat)























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Olahraga sebagai suatu aktivitas yang melibatkan banyak pihak telah disikapi secara dinamis dari pemahaman terhadap yang dianggap sebagai aktivitas primitive untuk mempertahankan hidup berubah menjadi proses sosial yang menghasilkan karakteristik perilaku dalam bersaing dan bekerja sama membangun suatu permainan yang dinaungi oleh nilai, norma, dan pranata lembaga.
Kajian sosiologis yang berkaitan dengan kelompok sosial dapat dikenakan pada olahraga berdasarkan pada beberapa hal yakni situasi kondisi dan struktur, serta fungsi kelompok olahraga. Sarat dengan situasi dan kondisi yang kental akan persaingan dan tata aturan yang relative ketat sehingga tercipta rasa senang, santai, dan gembira. Berangkat dari paparan diatas, bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama, persaingan dan pertikaian, sehingga membutuhkan penyelesaian sementara waktu, menyadari keterkaitan dan keterikatannya dengan individu lain.
Manusia membentuk kelompok sosial untuk memecahkan masalah hidupnya dengan mengunakan pendekatan ilmu sosiologi. Olahraga telah diapresiasikan sedemikian tinggi sebagai media untuk menunjukkan hegemoni, sehingga untuk menyelenggarakan,dan menciptakan para pelakunya, telah diupayakan berbagai pendekatan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu, yang disebut pendekatan interdisiplin adalah pendekatan yang didasarkan pada pengetahuan dari ilmu psikologi, sosiologi, anatomi, dan fisiologi. Sedangkan pendekatan crosdisiplin adalah pendekatan yang difokuskan pada ilmu motor learning, psikologi olahraga, dan sosiologi olahraga.

















DAFTAR PUSTAKA

Sapto Adi Dan Mu’arifin (2007)“Sosiologi Olahraga”Upt Perpus Um, Malang
H Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai
Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad Tanwir 2010. Olahraga Dan Penguasaan Diri









Soal UJian Sekolah Kelas 6 IPA 2024

  PENILAIAN SUMATIF AKHIR JENJANG (PSAJ) TAHUN PELAJARAN 2 023 / 2 024   Mata Pelajaran                          : IPA Kelas/Semest...