MAKALAH
SEJARAH HIZBUL WATHAN
Diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Hizbul Wathan
Dosen Pengampu : Endang, M.Pd

Disusun oleh:
Nurhaya Abaita (116223111)
Semester:
6/C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP MUHAMMADYAH KUNINGAN
JL. Raya Cigugur No. 28 Kuningan – Jawa Barat 45511 Tlp./Fax. (0232) 874085
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam dan Da’wah Amar Ma’ruf
nahi Munkar, beraqidah Islam, bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah, bertujuan
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya, bergerak dalam segala bidang kehidupan, antara lain
bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom, memiliki tugas
mengemban visi dan misi Muhammadiyah dalam pendidikan anak, remaja dan pemuda,
sehingga mereka menjadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader
Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.
Sebagai suatu gerakan, setiap anggota Hizbul Wathan berarti memiliki tugas
dan tanggungjawab untuk ikut serta secara aktif mengamalkan dan
menyebar-luaskan maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
Hizbul Wathan sendiri memiliki arti Pembela Tanah Air. Hal ini dimaksudkan
agar setiap anggota memiliki jiwa dan semangat nasionalisme yang tinggi,
sehingga sanggup untuk membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari
segala hal yang dapat mengancam keutuhan dan kedaulatannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun
Rumusan Masalah yang akan di bahas dalam Makalah ini adalah :
1. Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan?
2.
Sejarah Berdirinya Hizbul Wathan?
3. Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan ?
4. Asas, Maksud dan Tujuan Gerakan Hizbul
Wathan?
5. Metode Pendidikan Gerakan Hizbul
Wathan?
6. Keanggotaan dan Keorgansisasian?
7. Gerakan Hizbul Wathan di Masa
Pergerakan Nasional?
8. Hizbul Wathan Pada Masa Penjajahan
Jepang?
9. Hizbul Wathan di Masa Revolusi
Kemerdekaan 1945?
10. Masa Kebangkitan Kembali Hizbul Wathan?
11. Masa Peleburan Kedua?
12. Masa Kebangkitan Kedua dari Hizbul
Wathan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
Tujuan dari Penulisan Makalah ini yaitu :
1. Untuk Memenuhi salah satu Tugas
Individu Mata Kuliah Hizbul Wathan.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Kelahiran
Hizbul Wathan.
3. Untuk Mengetahui Sejarah Berdirinya Hizbul Wathan.
4. Untuk Mengetahui Sejarah Pemberian Nama
Hizbul Wathan.
5. Untuk Mengetahui Asas, Maksud dan Tujuan
Gerakan Hizbul Wathan.
6. Untuk Mengetahui Metode Pendidikan
Gerakan Hizbul Wathan.
7. Untuk Mengetahui Keanggotaan dan
Keorgansisasian.
8. Untuk Mengetahui Gerakan Hizbul Wathan
di Masa Pergerakan Nasional.
9. Untuk Mengetahui Hizbul Wathan Pada
Masa Penjajahan Jepang.
10. Untuk Mengetahui Bagaiman Hizbul Wathan
di Masa Revolusi Kemerdekaan 1945.
11. Untuk Mengetahui Bagaimana Masa
Kebangkitan Kembali Hizbul Wathan.
12. Untuk Mengetahui Masa Peleburan Kedua.
13. Untuk Mengetahui Bagaimana Masa
Kebangkitan Kedua dari Hizbul Wathan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan
Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 mei 1908 menjadi tonggak sejarah
kebangkitan indonesia. Pada tahun 1912 tokoh NPO (Nederland Padvinders
Organitation) mendirikan cabangnya di indonesia dan diresmikan pada tahun 1914
dengan nama Nederland Indische Padvinders Vereeniging (NIPV).
Pada tahun 1916 SP Mangkunegara VII di surakarta mendirikan kepanduan
dengan nama JPO (Java Padvinders Organitation) disusul dengan lahirnya “Taruna
Kembang” untuk daerah kasunanan oleh pangeran Suryobrata.
Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, dengan
didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF (Sidik , amanat,
tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang sedang latihan
baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan Surakarta beliau menghendaki putera
Muhammadiyah didik seprti itu, untuk mengabdi atau menghamba kepada Allah.
Beberapa waktu kemudian, Bapak Mulyadi Djojomartono mengumpulkan para
pemuda Muhammadiyah dan dilatih pertama kali dihalaman Masjid Agung Solo dengan
seragam seadannya. Pada perkembangan selanjutnya, pemuda Donowardoyo ikut
bergabung (1924).
Sesampai di Jogja, beliau menunjuk bebrapa guru antara lain: mantri Guru SD
Muhammadiyah Suronatan (Standart School) Bapak Somodirjo, Bapak Siradj Dahlan
dan Bapak Syarbini guru SD Muhammadiyah bausasran, untuk mengarahkan pemuda
Muhammadiyah.
Dengan resmi lahirlah Padvinders Muhammadiyah, baik yang ada di solo maupun
Yogyakarta. Pembinanya diserahkan kepada pemuda Muhammadiyah bagian sekolah.
Latihan bermula bagi guru-guru, setiap ahad sore di standart school, Suronatan
Yogyakarta.
Selanjutnya dibentuk anak-anak dan dewsa dengan seraga kemeja drile khekhi,
celana biru tua, kacu merah tua berbentuk hitam (deler kecer) atas usaha bapak
H. Nawawi.
B. Sejarah
Berdirinya Hizbul Wathan
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336
H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya,
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah penjajahan Jepang.
Pada tanggal 29 Januari 1950 M. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan bangkit
kembali dengan berbagai perubahan. Namun berdasarkan surat keputusan Presiden
Republik Indonesia nomor 238/61 tanggal 9 meret 1961 M. bersama dengan
organisasi kepanduan lainnya, Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan dilebur menjadi
Pramuka, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia.
Dan pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November
1999 M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan nomor
92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.
C. Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan
Dalam
pertemuan di rumah Bapak H. Hilal di Kauman Yogyakarta, atas prakarsa bapak H.
Hadjid diusulkan mengganti nama Padvinders Muhammadiyah menjadi HIZBUL WATHAN,
yang bermakna cita tanah (Pembela Tanah Air), Sesuai dengan jiwa perjuangan
melawan penjajah belanda pada saat itu. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1920.
D. Asas, Maksud dan Tujuan Hizbul Wathan
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berasaskan Islam. Sedangkan maksud dan
tujuannya adalah menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda menjadi
manumur muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan,
Umat, dan Bangsa.
E. Metode Pendidikan Kepanduan Hizbul
Wathan
Kepanduan
Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah untuk anak,
remaja dan pemuda. Dilakukan di alam terbuka dengan metode yang menarik,
menyenangkan dan menantang, dalam rangka membentuk warga negara yang berguna
dan mandiri.
Gerakan
Kepanduan Hizbul Wathan adalah Kepanduan Islami, artinya dalam upaya menanamkan
aqidah Islamiyah dan membentuk akhlaq mulia kepada peserta didik dilakukan
dengan metode kepanduan.
Ciri khas
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ada dalam prinsip dasar dan metode
pendidikannya , yaitu:
1. Pengamalan aqidah Islamiyah.
2. Pembentukan dan pembinaan akhlaq mulia
menurut ajaran Islam.
3. Pengamalan kode kehormatan pandu.
4. Pemberdayaan anak didik lewat sistem
beregu.
5. Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
6. Pendidikan dengan metode yang menarik,
menyenangkan, dan menantang.
7. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan
tanda kecakapan.
8. Sistem satuan dan kegiatan terpisah
antara pandu putera dan pandu puteri.
9. Tidak terkait dan berorientasi pada
partai politik atau golongan tertentu.
F. Usaha Hizbul Wathan
Dalam
mencapai maksud dan tujuan yang telah diterangkan di atas, Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan berusaha :
1. Mengembangkan Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan di seluruh Indonesia.
2. Mengadakan pendidikan dan pelatihan
kepanduan bagi anak, remaja, dan pemuda muslim.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan untuk para pelatih, pimpinan, dan pemimpin anak didik.
4. Menyelenggarakan pendidikan kepanduan
Islami.
5. Mengadakan kerjasama kelembagaan di
dalam dan di luar negeri.
6. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan
maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
G. Keanggotaan dan Keorgansisasian Kepanduan
Hizbul Wathan
1) Anggota Kepanduan Hizbul Wathan adalah
warga negara Republik Indonesia, beragama Islam, yang terdiri dari :
a. Anggota Biasa adalah peserta didik
putera dan puteri yang dikelompokkan menjadi:
b. Athfal : berumur 6 sampai 10 tahun
c. Pengenal : berumur 11 sampai 16 tahun
d. Penghela : berumur 17 sampai 20 tahun
e. Penuntun : berumur 21 sampai 25 tahun
2) Anggota Pembina adalah mereka yang
tugas utamanya memimpin dan atau melatih peserta didik serta mengelola dan atau
memimpin Kwartir atau Qabilah. Anggota pembina terdiri dari pelatih,
Instruktur, Pemimpin Satuan, dan Pimpinan Kwartir atau Qabilah.
3) Anggota Kehormatan adalah para pecinta
Kepanduan Hizbul Wathan, yang karena usia, kesehatan, atau kesibukan kerja
tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepanduan.
a. Pandu Wreda Hizbul Wathan dan Pandu
Wreda Nasyiatul ‘Aisyiyah.
b. Orang yang berjasa dalam pengembangan
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
c. Simpatisan Kepanduan Hizbul Wathan.
Jenjang
organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan diatur sejajar dengan jenjang organisasi
di Persyarikatan Muhammadiyah, sebagai berikut :
a. Di tingkat PP Muhammadiyah disebut
Kwartir Pusat.
b. Di tingkat PW Muhammadiyah disebut
Kwartir Wilayah.
c. Di tingkat PD Muhammadiyah disebut
Kwartir Daerah.
d. Di tingkat PC Muhammadiyah disebut
Kwartir Cabang.
e. Di tingkat PR Muhammadiyah disebut
Qabilah.
H. Masa Pergerakan Nasional
Pada
tanggal 3 April 1926 G.J. Ranneft, komisaris besar NIPV menyelenggarakan dan
memimpin konperensi kepaduan di rumah H dahlan (dari Hizbul Wathan) Yogyakarta,
dengan mengundang Kepaduan Nasional Indonesia. Dalam konperensi tersebut
disampaikan konsep NIPV untuk mempersatukan organisasi kepanduan yang ada di
indonesia.
Berdasar
alasan prinsip Kepanduan Nasinal Indonesia, kosep tersebut tidak dapat diterima
dan HW tidak bersidia bergabung dengan NIPV yang berorientasi pada kepentingan
kolonial Belanda.
Karena
menolak, Belanda melarang menggunakan istilah Padvinder atau Padvinderij karena
larangan tersebut, Bapak H. Agus Salim dalam konggres SIAP tahun 1928 di
Bayumas, mengunakan istilah Pandu dan kepanduan, sebagai pengganti istilah
Padvinder dan Padvinderij
I. Masa Penjajahan Jepang
Pada
awalnya HW masih dapat aktif, ikut pawai ulang tahun Tenno Heika (HW dipimpin
Bapak Haiban Hadjid, putera Bapak H. Hadjid). Penjajah Jepang melarang semua
partai, organisasi pemuda, termasuk pandu. Sebagai gantinya Pemuda Indonesia
dimasukan dalam Gerakan Seinendan, Keibondan, PETA.
J. Masa Revolusi Kemerdekaan 1945
1. Masa Peleburan Pertama
Pada Akhir
September 1945, di balai Mataram Yogyakarta diadakan rembuk pandu-pandu yang
menghasilkan keinginan membangkitkan kembali pandu. Dari HW diwakili Bapak
Mawardi Haiban Hadjid.
Tanggal 27-29
Desember 1945 Kesatuan kepanduan Indonesia dalam konggersnya di Solo sepakat
bergabung dengan nama “Pandu Rakyat Indonesia”
Pengurus Kwarti
besarnya: Dr. Mawardi dari kepanduan KBI, Hertog Dari pandu KBI, Abdulghonie
dari Hizbul Wathan, Djoemadi dari Hizbul Wathan dan lain-lain.
Pada Bulan Desember
1948 saat terjadinya clash II/PK II kegiatan kepanduan terhenti. Di daerah yang
diduduki belanda Pandu Rakyat Indonesia dilarang mengadakan kegiatan, namun di
daerah pendudukan yang tidak diduduki Belanda masih bertahan.
K. Masa Kebangkitan Kembali
Pada tanggal 20-22 Januari 1950, konggres pandu Rakyat ke-2 di Yogyakarta mengeluarkan
beberapa keputusan diantaranya yaitu:
a. Menerima kosep baru, memberikan
kesempatan golongan untuk menghidupkan kembali golongan kepanduannya
b. Melangkah menuju pengakuan
internasional
c. Menetapkan susunan pengurus besar
Kwartir besar putra dan kwartir besar putri.
Sebelum
Bapak Jendral Sudirman wafat, beliau berpesan kepada Muhammadiyah, sesuai
dengan keputusan konggres Pandu Rakyat, supaya Pandu HW dibangkitkan kembali.
a. Pada tanggal 29 Januari 1950, diadakan
apel kebangkitan di halaman masjid besar/ Masjid Agung Yogyakarta yang dipimpin
oleh bapak Haiban Hadjid.
b. Dengan bangkitnya kembali Hizbul
Wathan, bangkit pula Pandu Hizbul Islam, Pandu Al-Wathani, Pandu SIAP, Pandu
Islam, Pandu Ansor, Pandu A-Irsyad, agama lain. Barulah pandu-pandu umum/ yang
tidak mengkhususkan agama ikut memisahkan diri dari Pandu Rakyat.
c. Dalam perkembangan pada tahun 1960
Pandu HW mengadakan suatu kursus Pemimpin d i Kaliurang Yogyakarta dengan nama
Jaya Melati I (semacam kursus kepanduan/unit leaders course/woodbadge course/kursus
mahir dasar).
L. Masa Peleburan Kedua
Dengan munculnya Keppres no. 238 tahun 1961 tentang lahirnya Gerakan
Kepanduan Pramuka, semua organisasi kepanduan harus meleburkan diri kedalam
Gerakan Kepanduan Pramuka termasuk HW
Dasar-dasar peleburan:
a. Pidato PJM Presiden kepada para
Pemimpin Pandu tanggal 9 maret 1961 di Istana Merdeka.
b. Surat dari PERKINDO NO. 071/DK/III/61.
tentang tindak lanjut amanat PJB Presiden tanggal 9 Maret 1961.
c. Maklumat keputusan PP Muhammadiyah
Majlis HW No. 302/IV-A/61 hal perintah peleburan organisasi kepanduan.
d. Pengunguman PP Muhammadiyah Majlis HW
no.10/HM/61 tanggal 1 April 1961 hal aktifitas HW.
e. Keputusan Presiden RI no.121 tahun 1961
tanggal 11 April tentang Pantia Pembentukan Gerakan Pramuka.
f. Surat dari penguasa perang tertinggi
no. 0605/Peperti/1961 tanggal 11 April1961 hal aktifitas kepanduan.
g. Kepres RI no. 238 tahun 1961 tertangal
20 mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
h. Surat dari Panitia Pembentukan Gerakan
Pramuka no. 8/PPGP tanggal 27 Mei 1961 hal pernyataan bersedia meleburkan diri.
i.
Surat
dari Majlis HW tanggal 8 Juni 1961 berisi pernyataan bersedia meleburkan diri.
M. Masa Kebangkitan Kedua
Sejak dilebur menjadi gerakan pramuka beberapa anggota HW tidak bersedia
ikut meleburkan diri mereka membentuk suatu kegiatan pemuda yang senapas dengan
jiwa mereka seperti pencinta alam, drumband atau lebih mempokouskan sebagai
kader persayrikatan dalam pemuda muhammadiyah dan lain-lain
Begitu pula dengan pandu nasiatul aisyyah lebih banyak membina diri dalam
pengajian membentuk pendidikan non formal bagi anak-anak, serta kegiatan sosial
lainnya. Dalam muktamar muhammadiyah tahun 1980 di surabaya bermunculan para
mantan pandu HW dengan seragamnya sebagai visualisasi adanya kegiatan
muhammadiya dari masa kemasa.
Pada muktamar selanjutnya baik disolo, yogyakarta maupun aceh pandu HW
Wreda takmau ketinggalan. Pada tahun 1994 mantan pandu HW dan pandu NA
mengadakan silaturrahim serta ta’ziah kepada istri bpk Sumitro di komplek
Prumahan Dosen UGM. Pada tahun 1996 diadakan reuni nasional I di yogyakarta
yang didahului reuni se DIY, Reuni Malang. dalam reuni nsional munculan ide
untuk membangkitkan kembali kepanduan hizbul wathan.
Sejak saat itu diadakan pertemuan rutin baik sepekan sekali maupun sebulan
sekali untuk mempersiapkan konsep kepandua yang islami. Dari hasil pertemuan
tersebut, pimpinan HW Wreda menghadap PP Muhammadiyah untuk membangkitkan
kembali pada tanggal 18 november 1998 dan disetujui oleh PP Muhammadiyah.
Keputusan tanwir muhammadiyah di semarang 1998 memutuskan kebangkitan kembali
pandu HW dan IRM kembali Menjadi IPM.
Berhubungan pada bulan mei 1998 ada peristiwa repormasi yang dampaknya
terjadi huru hara, kerusuhan dan kondisi keamanan tidak memungkinkan maka
kebangkitn HW tertunda pada tanhun berikutnya, 18 November 1999 M/ 10 sya’ban
1420 H. bertepatan dengan 87 tahun kelahiran Muhammadiyah menurut kalender
miladiyah.
Dengan surat keputusan pimpinan Pusat Muhammadiyah no
92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 Kepanduan hizbul Wathan resmi dibangkitkan. Dalam
perjalanannya SK tersebut disempurnakan dengan surat keputusan PP Muhammadiyah
no 10/KEP/1.0/B/2003 sebagai pelaksanaan SK PP No 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999
lahirlah surat edaran PP Muhammadiyah no VI/B/I.A/58/2000 tanggal 23 Djulqo’dah
1420 H/ 28 Pebruari 2000 M.
BAB III
PENUTP
A. Kesimpulan
Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, dengan
didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF (Sidik , amanat,
tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang sedang latihan
baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan Surakarta beliau menghendaki putera
Muhammadiyah didik seprti itu, untuk mengabdi atau menghamba kepada Allah.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336
H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya,
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah penjajahan Jepang.
Pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November 1999
M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan nomor
92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.
B. Saran
Dengan adamya Makalalah yang singkat ini Penulis berharap mudah-mudahan
dapat sedikit memberikan pengetahuan bagi Pembaca tentang Bagaimana Sejarah
dari Kepanduan Hizbul Wathan yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
www. Google. com “ Sejarah Hizbul
Wathan “.
www. Google.com “ Sejarah
Kepanduan Hizbul Wathan “.
No comments:
Post a Comment