Saturday, July 1, 2023

BAB I PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE PENUGASAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang Masalah

Manusia secara fitrah memiliki potensi bahasa. Potensi itu merupakan kemampuan individu untuk menggunakan bahasa. Potensi dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman serta interaksi individu dalam suatu lingkungan. Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Artinya, bahasa digunakan untuk memenuhi tuntutan manusia dalam berkomunikasi. Tuntutan manusia dalam berkomunikasi cukup beragam, misalnya: untuk menyatakan informasi faktual, menyatakan sikap emosional, menyatakan sikap intelektual, menyatakan sikap moral, dan menyatakan perintah. Selain itu bahasa digunakan untuk bersosialisasi, misalnya menyapa, memperkenalkan diri, meminta perhatian, ataupun menyampaikan selamat.

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Ini didasarkan pada salah satu butir pernyataan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 Bab XV, pasal 36. Dalam satuan pendidikan Sekolah Dasar, siswa di tuntut untuk bisa berkomunikasi secara lisan dan tertulis, serta bisa mengapresiasikan hasil karya sastra Indonesia. Sebagaimana yang tercantum dalam panduan KTSP SD/MI (Depdikbud, 2006, hlm. 22) yaitu; ”Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.”

Ada empat keterampilan berbahasa yang dapat dimiliki oleh seseorang, yakni: berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Keempat keterampilan itu saling berhubungan. Menurut Alexander, 1972 (dalam Cahyani dan Hodijah, 2007, hlm. 126), ”tidak akan ada yang dapat dibicarakan sebelum itu didengar (disimak), tidak akan ada yang dapat dibaca, sebelum itu dibicarakan, tidak akan ada yang dapat ditulis sebelum itu dibaca. Meskipun, keterampilan itu saling berhubungan namun masing-masing keterampilan itu memiliki wilayah (taksonomi) yang berbeda.”

Mengacu pada pendapat di atas, salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus di kuasai siswa sekolah dasar adalah keterampilan menulis, karena keterampilan ini mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbahasa. Menulis berasal dari kata dasar tulis. Secara umum menulis merupakan suatu kegiatan seseorang dalam mengemukakan gagasan atau pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media tulisan. Menulis menurut Tarigan, 1990 (dalam Resmini dan Djuanda, 2007, hlm. 73) adalah “Kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan (huruf-huruf)”. Dengan demikian menulis sebetulnya merupakan aktivitas menguraikan kode-kode atau lambang-lambang grafis kedalam sebuah tulisan atau menguraikan kode-kode/lambang-lambang grafis yang mewakili bahasa ke dalam makna tertentu.

Menulis bukanlah keterampilan yang diwariskan dari leluhur secara turun temurun. Hal tersebut terbukti bahwa tidak semua orang memiliki keterampilan menulis. Keterampilan menulis  hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Ini dapat dibuktikan tidak setiap hasil tulisan dapat dipandang sebagai hasil kegiatan seseorang dalam menulis. Artinya, meskipun seseorang sudah menghasilkan tulisan namun itu masih belum dipandang sebagai hasil kegiatan menulis. Atau, meskipun seseorang sudah melaksanakan kegiatan menulis, kemudian menghasilkan tulisan namun dia masih dipandang memiliki keterampilan menulis yang kurang.

Menurut Tompkins (1994) bahwa: The writing process approach to writing instructionis based on how real writers write”. Pendekatan proses menulis dalam pembelajaran didasarkan pada cara pandang bagaimana sesungguhnya penulis menulis. Tidak semua penulis melakukan seluruh tahap dan kegiatan proses menulis, tetapi penulis dapat menghasilkan tulisan sebagai produk menulis. Fokus orientasi pembelajaran menulis di SD adalah bagaimana siswa dapat belajar menulis (learning about written languange) dan belajar melalui tulisan (learning through writing). (dalam Resmini, Indihadi dan Djuanda, 2007, hlm. 300).

Menulis merupakan salah bagian dari empat keterampilan berbahasa selain membaca, berbicara, dan mendengar. Perbedaan menulis dengan tiga keterampilan berbahasa lain menurut Tarigan, 1998 (dalam Cahyani dan Hodijah, 2007, hlm.126) adalah:

 

 

 

Menulis memiliki kesamaan media bahasa dengan membaca, yakni sama-sama menggunakan bahasa tulis (grafem), namun berbeda dari menyimak dan berbicara, yakni: menggunakan bahasa lisan (fonem). Menulis memiliki kesamaan dengan berbicara, yakni: sama-sama memproduksi (menghasilkan) pesan, namun berbeda dari membaca dan menyimak. Pesan dihasilkan (produktif) dalam menulis, sementara pesan diterima (reseptif) dalam membaca dan menyimak.

 

Dalam menyusun perencanaan pembelajaran menulis, guru perlu mempertimbangkan karakteristik proses berpikir siswa dalam mengolah, menghayati, dan mengkonseptualisasikan isi pembelajarnnya. Dengan memasukan karakteristik proses berpikir itu ke dalam rumusan tujuan khusus pembelajaran, pilihan materi, penentuan KBM, dan penilaian, akan memudahkan guru menentukan ciri apersepsi, penghayatan, pengolahan informasi, dan rekontruksi pemahaman siswa.

Pengorganisasian kegiatan pembelajaran menulis, secara ideal selain memberikan peluang belajar secara individual, juga memberikan peluang belajar menulis secara kooperatif. Melalui kegiatan menulis seperti itu, siswa diberikan kesempatan bertukar pengalaman dan pikiran dengan temannya, bekerja secara kooperatif dengan kelompoknya. Kegiatan pembelajaran menulis yang menekankan pola-pola interaktif sangat diperlukan. Interaksi yang dimaksud ialah interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa baik dalam kelompok kecil maupun klasikal.

Keberhasilan pembelajaran menulis, salah satu faktornya bergantung kepada guru. Melalui pembelajaran menulis, guru membukakan pengetahuan siswa. Siswa diajak untuk menjelajah dunia pengetahuan yang luas. Peranan ini semakin besar dimasa yang akan datang, karena segala informasi akan disampaikan melalui tulisan. Mengingat pentingnya keterampilan menulis ini, maka seorang guru hendaknya bisa menciptakan situasi pembelajaran yang dapat membuat siswa berperan aktif dan kreatif. Ada beberapa keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis menurut Akhadiah dkk, 1991 (dalam Resmini dan Djuanda, 2007, hlm. 117), yaitu sebagai berikut:

 

 

(1) Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, (2) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan, (3) Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis, (4) Penulis dapat berlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat, (5) Penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif, (6) Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret, (7) Penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif, (8) Penulis bisa berpikir serta berbahasa secara tertib dan benar.

 

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang memegang peranan strategis dalam upaya memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Keterampilan menulis perlu ditanamkan dan dikembangkan pada anak sedini mungkin, karena menulis merupakan keterampilan dasar yang secara mutlak harus dikuasai anak untuk mencurahkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Selain itu, dengan mengacu kepada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa buku sebagai gudang ilmu pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa menulis dan penulis adalah tempat atau orang yang memproduksi isi gudang itu. Dengan demikian dapat diartikan pula bahwa tanpa adanya keterampilan menulis, maka gudang itu akan kosong. Satu hal yang sudah pasti bahwa jumlah pembaca selalu melebihi penulis. Artinya bahwa kemampuan menulis yang dimiliki oleh seseorang tidak kalah pentingnya dengan keterampilan berbahasa lainnya, sehingga peranannya tidak kalah dengan kemampuan membaca yang banyak dimiliki orang.

Salah satu kompetensi dasar (KD) menulis pada pembelajaran bahasa Indonesia yang harus dikuasai siswa sebagaimana tercantum dalam panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah dasar untuk siswa kelas IV yaitu menulis karangan dengan ejaan atau tanda baca yang tepat. Karangan merupakan wujud ekspresi pengalaman batin  (jiwa) seseorang mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan, melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh, dalam bentuk teks.

 

 

 

Adapun pengertian mengarang dan unsur-unsur dalam mengarang seperti yang diungkapkan oleh Resmini dan Juanda (2007, hlm. 154), yaitu:

Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Ada empat unsur dalam mengarang yaitu: 1) Gagasan (idea) yaitu topik berikut tema yang diungkapkan secara tertulis, 2) Tuturan (discourse) ialah bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca, ada empat bentuk mengarang: (a) Penceritaan (narration), bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa/pengalaman, (b) Pelukisan (description), bentuk pengungkapan yang menggambarkan penginderaan, perasaan pengarang tentang macam-macam hal yang berada dalam susunan ruang (misalnya pemandangan indah, lagu merdu dll), (c) Pemaparan (exposition), bentuk pengungkapan yang menyajikan secara fakta-fakta yang bermaksud member penjelasan kepada pembaca mengenai sesuatu ide, persoalan, proses, atau peralatan, (d) Perbincangan (argumentation), bentuk pengungkapan dengan maksud meyakinkan pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang diharapkan oleh pengarang, 3) Tatanan (organization) ialah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah, dan 4) Wahana (medium)

 

Berdasarkan data awal hasil pengamatan dan observasi peneliti pada pembelajaran menulis karanagan di kelas IV SD Negeri Trijaya, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan pada tanggal 15 Januari 2015, diperoleh gambaran adanya permasalahan proses dan hasil pembelajaran siswa yang belum optimal. Hal tersebut terbukti dari hasil tes menulis yang diperoleh siswa masih banyak yang belum tuntas secara klasikal. Sementara kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai setiap siswa adalah 65. Data awal menunjukkan bahwa dari jumlah siswa 18 orang, yang mencapai kategori tuntas hanya 5 (28%), sedangkan 13 orang (72%) siswa lainnya belum mencapai ketuntasan.

Hasil pengamatan peneliti pada pembelajaran menulis karangan di kelas IV SD Negeri Trijaya yang masih rendah dalam pencapaian hasil belajar, dikarenakan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru, bukan sebaliknya. Sehingga aktivitas siswa cenderung membosankan, siswa kurang antusias dan pasif dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan guru. Guru hanya menyuruh siswa untuk mengarang saja, tanpa memberikan contoh terlebih dahulu mengenai bagaimana cara membuat sebuah karangan yang berdasarkan ejaan (penggunaan huruf besar dan tanda baca) yang tepat.Walaupun ada beberapa siswa yang memperoleh hasil belajar pada kategori baik dalam menulis sebuah karangan tersebut, tetapi sebagian besar siswa hasilnya dikategorikan belum memuaskan.

Berdasarkan paparan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan menulis karangan siswa di kelas IV SD Negeri Trijaya secara umum dikategorikan belum tuntas, maka perlu dilakukan tindakan sebagai upaya perbaikan dalam pembelajaran menulis karangan. Oleh karena itu untuk mengetahui lebih jauh mengenai permasalahan yang terjadi pada pembelajaran menulis karangan di kelas IV SD Negeri Trijaya, penulis juga melakukan diskusi dan wawancara langsung dengan siswa kelas IV guna memperoleh data mengenai penyebab permasalahan yang menghambat dalam pembelajaran menulis karangan ini. Hasilnya didapat ternyata yang menjadi penyebab permasalahan tersebut adalah:

1.      Guru dalam menyampaikan materi tidak menjelaskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran secara jelas

2.      Guru tidak memberikan contoh bagaimana cara menulis karangan dengan mengunakan ejaan yang benar

3.      Kegiatan belajar mengajar terfokus pada guru, dimana mereka belum diberi penjelasan tentang pembelajaran yang sedang berlangsung

Upaya yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya dalam menulis karangan, salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan sebagai bentuk tindakan perbaikan pada pembelajaran menulsi karanagan adalah dengan menerapkan pendekataan dan metode pembelajaran yang sesuai. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menulis karangan di kelas IV tersebut yaitu dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Adapun metode yang digunakan dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual  ini yaitu menggunakan metode penugasan.

Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning atau CTL) merupakan pendekatan pembelajaran pada konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan pendekatan CTL tersebut berdampak positif, yaitu pada proses dan hasil pembelajaran dapat lebih bermakna bagi siswa. Pada pendekatan CTL, proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks CTL, siswa perlu mengetahui makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Peserta didik sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu peserta didik memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.

Adapun metode penugasan (resitasi) menurut Dzamarah dan Zain (1996, hlm. 96), yaitu:

Metode penugasan (Resitasi) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar yang dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal turas itu dapat dikerjakan.

 

Dengan demikian, maka dalam  penelitian ini penulis mengambil judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual melalui Metode Penugasan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan di Kelas IV SD Negeri Trijaya, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan”.

 

B.       Perumusan dan Pemecahan Masalah

1.        Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembahasan dalam pendahuluan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a.       Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode penugasan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan?

b.      Bagaimana pelaksanan pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode penugasan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan?

c.       Bagaimana hasil pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode penugasan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan?

 

2.        Pemecahan Masalah

Upaya untuk mengatasi permasalahan yang dirumuskan di atas, maka penulis mengambil alternatif pemecahan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan di kelas IV SD Negeri Trijaya, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan, yaitu dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode penugasan.

Menurut Anisah (2009, hlm. 1) ada 2 (dua) kelebihan pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu :

1)   Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukansaja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

2)   Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

 

Sedangkan kelebihan dari penggunaan metode resitasi (penugasan) menurut Djamarah dan Zain (2006, hlm. 87), yaitu: 1), Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok, 2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru, 3) Dalam membina tanggung jawab dan disiplin siswa, dan 4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

 

Berdasarkan asumsi dari kelebihan-kelebihan pendekatan pembelajaran kontekstual dan metode resitasi di atas, penulis menerapkan pendekatan CTL dan metode penugasan, yaitu:

a.    Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi yang nyata dalam kehidupan siswa

b.    Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat membuat siswa lebih kreatif dan senang dalam belajar karena materi pembelajaran dilibatkan dengan kehidupan yang nyata

c.    Metode penugasan dapat memupuk rasa tanggung jawab siswa terhadap apa yang mereka peroleh, dalam hal ini adalah tugas dari guru

d.   Metode penugasan dapat mengaktifkan siswa untuk dapat belajar sendiri setelah mendapat panduan dari guru

e.    Metode penugasan dapat membuat siswa menjadi lebih giat belajar.

Adapun langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:

  1. Tahap Invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awal  tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematic tentang kehidupan sehari-hari, melalui kaitan konsep-konsep yang dbahas tadi, dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tadi.
  2. Tahap Eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki, dan menemukan konsep, melalui pengumulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas. Tahap ini akan memenuhi rasa ingin tahu siswa tentang Fenomena kehidupan nyata dari lingkungan sekitarnya.
  3. Tahap Penjelasan dan Solusi, pada saat siswa memberikan penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat pendekatan, dan membuat rangkuman serta ringkasan hasil pekerjaaannya.
  4. Tahap Pengambilan Tindakan, siswa dapat membuat keputusan, mengunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun secara kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan inilah penulis mengambil alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dan metode penugasan, dengan menargetkan dalam proses yang harus dicapai (KKM) secara individual dalam pembelajaran menulis karangan adalah 70. Aspek-aspek yang harus dicapai dalam pembelajaran mengarang ini meliputi aspek huruf kapital (huruf besar), aspek penggunaan tanda baca (titik dan koma), dan aspek susunan antar kalimat. Sedangkan pencapaian perencanaan 90%, target pencapaian kinerja guru 90%. Sedangkan target aktivitas dan hasil belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran menulis karangan adalah 85% siswa yang berhasil mencapai nilai KKM,

 

C.    Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:

1.      Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode penugasan dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan.

2.      Untuk mengetahui pelaksanan pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode penugasan dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan.

3.      Untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode penugasan dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan.

 

D.    Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian dengan penerapan pendekatan dan metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1.      Bagi Siswa

a.    Menjadikan kegiatan belajar yang tadinya pasif menjadi aktif dan lebih menyenangkan dalam mengatasi kesulitan pembelajaran menulis karangan.

b.    Memberi dorongan dan motivasi kepada siswa untuk lebih giat lagi berlatih menulis karangan

c.    Meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis karangan.

2.      Bagi Guru

  1. Sebagai salah satu alternatif bagi guru kelas dalam memilih pendekatan dan metode pembelajaran menulis.
  2. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi guru dalam pemecahan suatu masalah, khususnya pada pembelajaran menulis karangan.

c.       Dapat meningkatkan kualitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menulis karangan.

3.      Bagi  Peneliti

  1. Menambah wawasan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode penugasan dalam kegiatan pembelajaran menulis karangan berdasarkan pada pengalaman yang nyata di lapangan
  2. Mengetahui perbedaan dan persamaan tentang kegiatan pembelajaran yang terjadi di lapangan dengan teori yang diperoleh dari perkualiahan.

4.      Bagi Lembaga UPI Sumedang.

Sebagai bahan referensi pada bidang kajian yang serupa serta sebagai khasanah keilmuan bidang pendidikan pada perpustakaan UPI Kampus Sumedang.

 

 

 

 

E.     Batasan Istilah

Untuk menghindari salah tafsir dalam menterjemahkan judul penelitian tindakan kelas ini, maka dijelaskan istilah-istilah sebagaimana berikut ini.

1.        Pendekatan pembelajaran kontekstual

Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah: suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. (Sanjaya dalam Sutardi dan Sudirjo, 2007, hlm. 95)

2.   Metode penugasan (Resitasi)

Metode penugasan (resitasi) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar yang dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan (Dzamarah dan Zain, 1996,  hlm.96).

Jadi yang dimaksud dengan metode penugasan dalam penelitian ini adalah teknik penyajian bahan pembelajaran menulis karangan dengan cara pemberian tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar menulis karangan yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas.

3.    Menulis Karangan

Menulis adalah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar tersebut (Tarigan, dalam Resmini dan Djuanda 2007, hlm. 115).  Sedangkan mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami (Resmini dan Juanda, 2007, hlm. 154).

 

 

Berdasarkan dari pengertian menulis dan mengarang di atas, yang dimaksud dengan menulis karangan deskripsi pada penelitian ini adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.

 

 

      

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Cahyani, Isah dan Hodijah. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Resmini, Novi dan Djuanda, Dadan. (2007). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS

Sutardi, Didi dan Sudirjo, Encep. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS.

Dzamarahm Syaiful Bahri, dan Zain Aswan. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Budaya.

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Soal UJian Sekolah Kelas 6 IPA 2024

  PENILAIAN SUMATIF AKHIR JENJANG (PSAJ) TAHUN PELAJARAN 2 023 / 2 024   Mata Pelajaran                          : IPA Kelas/Semest...