BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia secara fitrah memiliki potensi bahasa. Potensi itu merupakan
kemampuan individu untuk menggunakan bahasa. Potensi dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman serta interaksi
individu dalam suatu lingkungan. Bahasa adalah alat komunikasi
manusia. Artinya, bahasa digunakan untuk memenuhi tuntutan manusia dalam
berkomunikasi. Tuntutan manusia dalam berkomunikasi cukup beragam, misalnya:
untuk menyatakan informasi faktual, menyatakan sikap emosional, menyatakan
sikap intelektual, menyatakan sikap moral, dan menyatakan perintah. Selain itu
bahasa digunakan untuk bersosialisasi, misalnya menyapa, memperkenalkan diri,
meminta perhatian, ataupun menyampaikan selamat.
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Ini
didasarkan pada salah satu butir pernyataan Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 Bab XV, pasal 36. Dalam satuan
pendidikan Sekolah Dasar, siswa di tuntut untuk bisa berkomunikasi secara lisan
dan tertulis, serta bisa mengapresiasikan hasil karya sastra Indonesia.
Sebagaimana yang tercantum dalam panduan KTSP SD/MI (Depdikbud, 2006, hlm. 22)
yaitu; ”Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia.”
Ada empat keterampilan berbahasa yang dapat dimiliki oleh seseorang, yakni:
berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Keempat keterampilan itu saling
berhubungan. Menurut Alexander, 1972 (dalam Cahyani dan
Hodijah, 2007, hlm. 126), ”tidak akan ada yang dapat dibicarakan
sebelum itu didengar (disimak), tidak akan ada yang dapat dibaca, sebelum itu
dibicarakan, tidak akan ada yang dapat ditulis sebelum itu dibaca. Meskipun,
keterampilan itu saling berhubungan namun masing-masing keterampilan itu
memiliki wilayah (taksonomi) yang berbeda.”
Mengacu
pada pendapat di atas, salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus di kuasai siswa sekolah dasar adalah keterampilan
menulis, karena keterampilan ini mempunyai peranan penting dalam kehidupan
berbahasa. Menulis berasal dari kata dasar tulis. Secara umum
menulis merupakan suatu kegiatan seseorang dalam mengemukakan gagasan atau
pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media tulisan.
Menulis menurut Tarigan, 1990 (dalam Resmini dan Djuanda, 2007, hlm. 73)
adalah “Kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan
(huruf-huruf)”. Dengan demikian menulis sebetulnya merupakan aktivitas
menguraikan kode-kode atau lambang-lambang grafis kedalam sebuah
tulisan atau menguraikan kode-kode/lambang-lambang grafis yang mewakili
bahasa ke dalam makna tertentu.
Menulis bukanlah keterampilan yang diwariskan dari leluhur secara turun
temurun. Hal tersebut terbukti bahwa tidak semua orang memiliki keterampilan
menulis. Keterampilan menulis hanya
dimiliki oleh orang-orang tertentu. Ini dapat dibuktikan tidak setiap hasil
tulisan dapat dipandang sebagai hasil kegiatan seseorang dalam menulis.
Artinya, meskipun seseorang sudah menghasilkan tulisan namun itu masih belum
dipandang sebagai hasil kegiatan menulis. Atau, meskipun seseorang sudah
melaksanakan kegiatan menulis, kemudian menghasilkan tulisan namun dia masih
dipandang memiliki keterampilan menulis yang kurang.
Menurut
Tompkins (1994) bahwa: ”The
writing process approach to writing instructionis based on how real writers
write”. Pendekatan proses menulis dalam pembelajaran didasarkan pada cara
pandang bagaimana sesungguhnya penulis menulis. Tidak semua penulis melakukan
seluruh tahap dan kegiatan proses menulis, tetapi penulis dapat menghasilkan
tulisan sebagai produk menulis. Fokus orientasi pembelajaran menulis di SD
adalah bagaimana siswa dapat belajar menulis (learning about written languange)
dan belajar melalui tulisan (learning
through writing). (dalam Resmini, Indihadi dan
Djuanda, 2007, hlm. 300).
Menulis
merupakan salah bagian dari empat keterampilan berbahasa selain membaca,
berbicara, dan mendengar. Perbedaan menulis dengan tiga keterampilan berbahasa lain menurut
Tarigan, 1998 (dalam Cahyani
dan Hodijah, 2007, hlm.126) adalah:
Menulis
memiliki kesamaan media bahasa dengan membaca, yakni sama-sama menggunakan
bahasa tulis (grafem),
namun berbeda dari menyimak dan berbicara, yakni: menggunakan bahasa lisan
(fonem). Menulis memiliki kesamaan dengan berbicara, yakni: sama-sama
memproduksi (menghasilkan) pesan, namun berbeda dari membaca dan menyimak.
Pesan dihasilkan (produktif) dalam menulis, sementara pesan diterima (reseptif)
dalam membaca dan menyimak.
Dalam menyusun
perencanaan pembelajaran menulis, guru perlu mempertimbangkan karakteristik
proses berpikir siswa dalam mengolah, menghayati, dan mengkonseptualisasikan
isi pembelajarnnya. Dengan memasukan karakteristik proses berpikir itu ke dalam
rumusan tujuan khusus pembelajaran, pilihan materi, penentuan KBM, dan
penilaian, akan memudahkan guru menentukan ciri apersepsi, penghayatan,
pengolahan informasi, dan rekontruksi pemahaman siswa.
Pengorganisasian
kegiatan pembelajaran menulis, secara ideal selain memberikan peluang belajar
secara individual, juga memberikan peluang belajar menulis secara kooperatif. Melalui kegiatan menulis
seperti itu, siswa diberikan kesempatan bertukar pengalaman dan pikiran dengan
temannya, bekerja secara kooperatif dengan kelompoknya. Kegiatan pembelajaran menulis
yang menekankan pola-pola interaktif sangat diperlukan. Interaksi yang dimaksud
ialah interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa baik dalam kelompok kecil
maupun klasikal.
Keberhasilan pembelajaran menulis, salah satu faktornya bergantung
kepada guru. Melalui pembelajaran menulis, guru membukakan pengetahuan siswa.
Siswa diajak untuk menjelajah dunia pengetahuan yang luas. Peranan ini semakin
besar dimasa yang akan datang, karena segala informasi akan disampaikan melalui
tulisan. Mengingat pentingnya keterampilan menulis ini, maka
seorang guru hendaknya bisa menciptakan situasi pembelajaran yang dapat membuat
siswa berperan aktif dan kreatif. Ada beberapa keuntungan yang didapat dan
diperoleh dari kegiatan menulis menurut Akhadiah dkk, 1991 (dalam Resmini
dan Djuanda, 2007, hlm. 117), yaitu sebagai berikut:
(1) Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi
dirinya, (2) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan, (3)
Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi
sehubungan dengan topik yang ditulis, (4) Penulis dapat berlatih dalam
mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara
tersurat, (5) Penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri
secara objektif, (6) Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya yaitu
dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret, (7)
Penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif, (8) Penulis bisa berpikir
serta berbahasa secara tertib dan benar.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang memegang peranan strategis
dalam upaya memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Keterampilan menulis perlu ditanamkan dan dikembangkan
pada
anak sedini mungkin, karena menulis merupakan keterampilan dasar yang
secara mutlak harus dikuasai anak untuk mencurahkan ide dan
gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Selain itu,
dengan mengacu kepada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa buku sebagai gudang
ilmu pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa menulis dan penulis adalah
tempat atau orang yang memproduksi isi gudang itu. Dengan demikian dapat
diartikan pula bahwa tanpa adanya keterampilan menulis, maka gudang itu akan
kosong. Satu hal yang sudah pasti bahwa jumlah pembaca selalu melebihi penulis.
Artinya bahwa kemampuan menulis yang dimiliki oleh seseorang tidak kalah
pentingnya dengan keterampilan berbahasa lainnya, sehingga peranannya tidak
kalah dengan kemampuan membaca yang banyak dimiliki orang.
Salah satu kompetensi dasar (KD) menulis pada pembelajaran
bahasa Indonesia yang harus dikuasai siswa sebagaimana tercantum dalam
panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah dasar
untuk siswa kelas IV yaitu menulis karangan dengan ejaan atau tanda baca yang
tepat. Karangan merupakan wujud ekspresi pengalaman batin (jiwa) seseorang mengenai kehidupan manusia,
alam, dan Tuhan, melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh,
dalam bentuk teks.
Adapun pengertian mengarang dan unsur-unsur dalam mengarang seperti yang
diungkapkan oleh Resmini dan Juanda (2007, hlm. 154), yaitu:
Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami. Ada empat unsur dalam mengarang yaitu: 1) Gagasan
(idea) yaitu topik berikut tema yang diungkapkan secara tertulis, 2) Tuturan (discourse) ialah bentuk pengungkapan
gagasan sehingga dapat dipahami pembaca, ada empat bentuk mengarang: (a)
Penceritaan (narration), bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu
peristiwa/pengalaman, (b) Pelukisan (description),
bentuk pengungkapan yang menggambarkan penginderaan, perasaan pengarang tentang
macam-macam hal yang berada dalam susunan ruang (misalnya pemandangan indah, lagu
merdu dll), (c) Pemaparan (exposition),
bentuk pengungkapan yang menyajikan secara fakta-fakta yang bermaksud member
penjelasan kepada pembaca mengenai sesuatu ide, persoalan, proses, atau
peralatan, (d) Perbincangan (argumentation),
bentuk pengungkapan dengan maksud meyakinkan pembaca agar mengubah pikiran,
pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang diharapkan oleh pengarang, 3) Tatanan (organization) ialah tertib pengaturan
dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai
merencanakan rangka dan langkah, dan 4) Wahana (medium)
Berdasarkan
data awal hasil pengamatan dan observasi peneliti pada pembelajaran menulis
karanagan di kelas
IV SD Negeri Trijaya, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan pada tanggal 15 Januari 2015, diperoleh
gambaran adanya permasalahan proses dan hasil pembelajaran siswa yang belum
optimal. Hal tersebut terbukti dari hasil tes menulis yang diperoleh siswa masih banyak yang belum tuntas secara klasikal.
Sementara kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai setiap siswa
adalah 65. Data awal menunjukkan bahwa dari jumlah siswa 18 orang, yang mencapai
kategori tuntas
hanya 5 (28%), sedangkan 13 orang (72%) siswa lainnya belum mencapai ketuntasan.
Hasil
pengamatan peneliti pada pembelajaran menulis karangan di kelas IV SD Negeri
Trijaya yang masih rendah dalam pencapaian hasil belajar, dikarenakan
pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru, bukan
sebaliknya. Sehingga aktivitas siswa cenderung membosankan, siswa kurang
antusias dan pasif dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan guru. Guru
hanya menyuruh siswa untuk mengarang saja, tanpa memberikan contoh terlebih
dahulu mengenai bagaimana cara membuat sebuah karangan yang berdasarkan ejaan
(penggunaan huruf besar dan tanda baca) yang tepat.Walaupun ada beberapa siswa
yang memperoleh hasil belajar pada kategori baik dalam
menulis sebuah karangan tersebut, tetapi sebagian besar siswa hasilnya dikategorikan
belum memuaskan.
Berdasarkan paparan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kemampuan menulis karangan siswa di kelas
IV SD Negeri Trijaya secara umum dikategorikan belum tuntas, maka perlu
dilakukan tindakan sebagai upaya perbaikan dalam pembelajaran menulis karangan.
Oleh karena itu untuk mengetahui lebih jauh mengenai permasalahan yang
terjadi pada pembelajaran menulis karangan di kelas IV SD Negeri Trijaya, penulis
juga
melakukan diskusi dan wawancara langsung dengan siswa kelas IV guna
memperoleh data mengenai penyebab permasalahan yang menghambat dalam
pembelajaran menulis karangan ini. Hasilnya didapat
ternyata yang menjadi penyebab permasalahan tersebut adalah:
1.
Guru dalam menyampaikan materi tidak menjelaskan
terlebih dahulu tujuan pembelajaran secara jelas
2.
Guru tidak memberikan contoh bagaimana cara menulis karangan
dengan mengunakan ejaan yang benar
3.
Kegiatan belajar mengajar terfokus pada guru, dimana
mereka belum diberi penjelasan tentang pembelajaran yang sedang berlangsung
Upaya yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri
Trijaya dalam menulis karangan, salah satu
alternatif yang dapat dilaksanakan sebagai bentuk tindakan perbaikan pada
pembelajaran menulsi karanagan adalah dengan menerapkan
pendekataan dan metode pembelajaran yang sesuai. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menulis karangan di kelas IV
tersebut yaitu dengan pendekatan pembelajaran
kontekstual. Adapun metode yang digunakan dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual ini yaitu menggunakan metode penugasan.
Pendekatan
pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning atau CTL) merupakan
pendekatan
pembelajaran pada konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan pendekatan CTL tersebut
berdampak positif, yaitu pada proses dan hasil
pembelajaran dapat lebih bermakna bagi siswa. Pada pendekatan
CTL, proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks CTL, siswa
perlu mengetahui makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan
bagaimana mencapainya. Peserta didik sadar bahwa yang mereka pelajari
berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu peserta didik memposisikan
sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
Adapun metode penugasan (resitasi) menurut Dzamarah dan Zain (1996, hlm. 96),
yaitu:
Metode penugasan (Resitasi) adalah metode
penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar yang dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di
laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja
asal turas itu dapat dikerjakan.
Dengan demikian, maka dalam
penelitian ini penulis mengambil judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual melalui Metode Penugasan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam
Menulis Karangan di Kelas IV SD Negeri Trijaya,
Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan”.
B. Perumusan dan Pemecahan
Masalah
1.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembahasan dalam pendahuluan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana
perencanaan pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
melalui metode penugasan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri
Trijaya,
Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan?
b. Bagaimana
pelaksanan pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
melalui metode penugasan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri
Trijaya,
Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan?
c. Bagaimana hasil
pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
melalui metode penugasan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri
Trijaya,
Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan?
2.
Pemecahan Masalah
Upaya untuk mengatasi permasalahan yang dirumuskan di atas, maka penulis
mengambil alternatif pemecahan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis karangan di kelas IV SD Negeri Trijaya, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan, yaitu
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode penugasan.
Menurut Anisah (2009, hlm. 1) ada 2 (dua) kelebihan pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu :
1) Pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,
bukansaja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak
akan mudah dilupakan.
2) Pembelajaran lebih
produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode
pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun
untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Sedangkan kelebihan dari penggunaan metode resitasi (penugasan) menurut
Djamarah dan Zain (2006, hlm. 87), yaitu: 1), Lebih
merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar
individual ataupun kelompok, 2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar
pengawasan guru, 3) Dalam membina tanggung jawab dan disiplin siswa, dan 4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa”.
Berdasarkan asumsi dari kelebihan-kelebihan pendekatan pembelajaran kontekstual dan metode
resitasi di atas, penulis menerapkan pendekatan CTL dan metode penugasan, yaitu:
a.
Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat membantu
guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi yang nyata dalam
kehidupan siswa
b.
Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat membuat
siswa lebih kreatif dan senang dalam belajar karena materi pembelajaran dilibatkan
dengan kehidupan yang nyata
c.
Metode penugasan dapat memupuk rasa tanggung jawab
siswa terhadap apa yang mereka peroleh, dalam hal ini adalah tugas dari guru
d.
Metode penugasan dapat mengaktifkan siswa untuk
dapat belajar sendiri setelah mendapat panduan dari guru
e.
Metode penugasan dapat membuat siswa menjadi lebih
giat belajar.
Adapun langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
- Tahap Invitasi,
siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awal tentang konsep yang dibahas. Bila perlu
guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematic tentang
kehidupan sehari-hari, melalui kaitan konsep-konsep yang dbahas tadi,
dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya
tentang konsep tadi.
- Tahap Eksplorasi,
siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki, dan menemukan konsep, melalui
pengumulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam sebuah
kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara berkelompok siswa melakukan
kegiatan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas. Tahap ini akan memenuhi
rasa ingin tahu siswa tentang Fenomena kehidupan nyata dari lingkungan
sekitarnya.
- Tahap Penjelasan dan Solusi, pada saat siswa memberikan penjelasan solusi yang didasarkan
pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa
dapat menyampaikan gagasan, membuat pendekatan, dan membuat rangkuman
serta ringkasan hasil pekerjaaannya.
- Tahap Pengambilan Tindakan, siswa dapat membuat keputusan, mengunakan pengetahuan dan
keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan
lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun secara kelompok
yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
inilah penulis mengambil alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
dan metode penugasan, dengan menargetkan dalam proses yang harus dicapai (KKM) secara individual dalam pembelajaran menulis karangan adalah 70. Aspek-aspek yang harus dicapai dalam pembelajaran
mengarang ini meliputi aspek huruf kapital (huruf besar), aspek penggunaan
tanda baca (titik dan koma), dan aspek susunan antar kalimat. Sedangkan pencapaian
perencanaan 90%, target pencapaian kinerja guru 90%. Sedangkan target aktivitas dan
hasil belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran menulis karangan adalah 85% siswa yang berhasil mencapai nilai
KKM,
C. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu
pada permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan yang diharapkan
penulis dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui
perencanaan pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
melalui metode penugasan dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya
Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan.
2. Untuk mengetahui
pelaksanan pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
melalui metode penugasan dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya
Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan.
3. Untuk mengetahui
hasil pembelajaran menulis karangan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
melalui metode penugasan dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Trijaya
Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat
yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian dengan penerapan pendekatan dan
metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a.
Menjadikan kegiatan belajar yang tadinya pasif
menjadi aktif dan lebih menyenangkan dalam mengatasi kesulitan pembelajaran menulis karangan.
b.
Memberi dorongan dan motivasi kepada siswa untuk lebih giat lagi
berlatih menulis karangan
c.
Meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis karangan.
2.
Bagi Guru
- Sebagai salah satu alternatif bagi guru kelas dalam memilih
pendekatan dan metode pembelajaran menulis.
- Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi guru dalam
pemecahan suatu masalah, khususnya pada pembelajaran menulis karangan.
c. Dapat meningkatkan kualitas
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menulis karangan.
3.
Bagi Peneliti
- Menambah wawasan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran
kontekstual melalui metode penugasan dalam kegiatan pembelajaran menulis
karangan berdasarkan pada pengalaman yang nyata di lapangan
- Mengetahui perbedaan dan persamaan tentang kegiatan
pembelajaran yang terjadi di lapangan dengan teori yang diperoleh dari perkualiahan.
4.
Bagi Lembaga UPI Sumedang.
Sebagai bahan
referensi pada bidang kajian yang serupa serta sebagai khasanah keilmuan bidang
pendidikan pada perpustakaan UPI Kampus Sumedang.
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir dalam menterjemahkan
judul penelitian tindakan kelas ini, maka dijelaskan istilah-istilah
sebagaimana berikut ini.
1.
Pendekatan pembelajaran kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah: suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. (Sanjaya dalam Sutardi
dan Sudirjo, 2007, hlm. 95)
2. Metode
penugasan (Resitasi)
Metode penugasan (resitasi) adalah metode
penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar yang dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di
laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja
asal tugas itu dapat dikerjakan (Dzamarah dan Zain, 1996, hlm.96).
Jadi yang dimaksud dengan metode penugasan dalam
penelitian ini adalah teknik penyajian bahan pembelajaran menulis karangan
dengan cara pemberian tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar
menulis karangan yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas.
3. Menulis Karangan
Menulis adalah menurunkan atau menuliskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa gambar tersebut (Tarigan, dalam Resmini
dan Djuanda 2007, hlm. 115).
Sedangkan mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami (Resmini dan Juanda, 2007, hlm. 154).
Berdasarkan dari pengertian menulis dan mengarang
di atas, yang dimaksud dengan menulis karangan deskripsi pada
penelitian ini adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca
dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Isah dan
Hodijah. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar.
Bandung: UPI PRESS.
Resmini, Novi dan
Djuanda, Dadan. (2007). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas
Tinggi. Bandung:
UPI PRESS
Sutardi, Didi dan
Sudirjo, Encep. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung:
UPI PRESS.
Dzamarahm Syaiful Bahri, dan Zain Aswan.
(1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Budaya.
No comments:
Post a Comment