Tuesday, June 3, 2014

MENGAPRESIASI DRAMA ANAK

MENGAPRESIASI DRAMA ANAK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata Kuliah Apresiasi Sastra Indonesia
Dosen: Suryat, M.Pd






Oleh:
Nurhaya Abaita   (116223111)



Semester: 6/C


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP MUHAMMADYAH KUNINGAN
JL. Raya Cigugur No. 28 Kuningan – Jawa Barat  45511 Tlp./Fax. (0232) 874085
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Karunia-Nya kepada kami,  sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini . Yang berjudul “Mengapresiasi Drama Anak  ”.
Makalah ini berisikan tentang informasi atau pembahasan tentang bagaimana pengertian dari drama dan bagaimana mengapresiasi drama anak. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu petunjuk maupun pedoman dan membantu menambah pengetahuan beserta pengalaman bagi para pembaca.
kami  menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu kami sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk memberi masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini. 
           
                                   


Penyusun







DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................  i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang .................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C.     Tujuan Makalah ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A.     Pengertian Drama  ............................................................................... 3
B.     Bentuk – Bentuk Drama ...................................................................... 4
C.     Pengertian Drama Anak ....................................................................... 5
D.     Manfaat Drama.................................................................................... 6
E.      Unsur – Unsur Drama  ......................................................................... 6
F.      Kriteria Drama .................................................................................... 8
G.     Contoh Drama Anak ......................................................................... 10
H.     Nilai Pendidikan Dalam Darama ........................................................ 12
BAB III PENUTUP
A.     Kesimpulan ....................................................................................... 14
B.     Saran ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15




BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
        Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
        Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi. Drama adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
        Selain itu, seni drama juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat berkembang terus.
        Drama anak merupakan sutu bentuk drama yang lakonnya adalah anak-anak. Karena konteks yang akan kami bahas adalah drama anak maka sebagian dalam makalah kami akan membahas drama anak tersebut.
        Berdasarkan ulasan di atas, maka penyusun membuat makalah ini guna membantu para pembaca mengerti tentang drama, unsur-unsur drama, dan contoh drama anak.

B.   RUMUSAN MASALAH
  1. Apa pengertian drama?
  2. Bagaimana Bentuk – Bentuk Drama ?
  3. Apa pengertian drama anak?
  4. Apa saja unsur-unsur yang terdapat drama?


C.   TUJUAN PENULISAN
1.   Untuk mengetahui pengertian drama.
2.   Mengetahui bentuk – bentuk drama
3.   Untuk mengetahui pengertian drama anak.
4.   Untuk mengetahui unusur-unsur yang terdapat dalam drama.



























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar. Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action. Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak. Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting – meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan lakon absurd.Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.



B.     Bentuk – Bentuk Drama Anak
  1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua
a)      Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
b)      Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
  1. Berdasarkan sajian isinya
a)      Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
b)      Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
c)      Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
  1. Berdasarkan kuantitas cakapannya
a)      Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
b)      Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
c)      Doalogmonolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
  1. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
a)      Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
b)      Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
c)      Tablo, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
  1. Bentuk-bentuk lain
a)      Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, tematik.
b)     Drama baca, naska drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
c)      Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kam bangsawan (muncul abad ke-18).
d)     Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
e)      Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejathan atau keruntuhan tokoh utama
f)       Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).
g)      Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
h)     Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di pedesaan).

C.    Pengertian Drama Anak
Dari pengertian drama Secara umum, pengertian drama anak itu sendri  adalah teks yang bersifat dialog dan isinya membentangkan sebuah alur (Luxemburg, 1984: 158). Dapat juga dikatakan bahwa drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan emosi lewat akting dan dialog, lazimnya dirancang untuk pementasan di panggung, (Sudjiman, 1984: 20). Sedangkan secara khusus, pengertian drama anak-anak adalah proses Akting anak sebagai tokoh. Dalam berperan, mencontoh atau meniru gerak pembicaraan seseorang, menggunakan atau memanfatkan pengalaman dan pengetahuan tentang karakter dan situasi dalam suatu lakuan, baik dialog maupun monolog guna menghadirkan peristiwa dan rangkaian cerita tertentu, (Wood dan Attfield, 1996:144).
Struktur drama anak-anak merupakan kesatuan yang bulat dan otonom. Maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur-unsur lainnya yang terkandung dalam struktur tersebut. Jadi untuk menangkap sebuah teks drama anak-anak dibutuhkan suatu pembacaan yang bulat, tidak hanya membaca bagian-bagian tertentu saja, namun harus dibaca secara keseluruhan dan selesai sampai tamat agar kita dapat menangkap maknanya secara utuh.
Satu bagian yang utuh dalam teks drama mempunyai unsur protagonis (tokoh utama), antagonis (tokoh yang anti terhadap tokoh utama) dan tritagonis (tokoh yang mendukung tokoh utama), peristiwa yang membentuk sebagai alur dan latar yang padu, serta menunjukkan keterkaitannya sehingga membentuk tema kehidupan.
Ciri - ciri drama anak-anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi bahasanya, tema, pesannya. Yang berbeda adalah dari segi dialog yang sederhana dan jumlah adegan yang tidak terlalu panjang dan berbelit.



D.    Manfaat Drama Anak
  1. Menyalurkan hobi
  2. Berkelompok (Bersosialisasi)
  3. Pembentukan Postur Tubuh
  4. Apresiasi dramatik.
  5. Pengembangan ujar
  6. Mempertajam kepekaan emosi
  7. Meningkatkan pemahaman

E.     Unsur-Unsur Drama Anak
Adapun unsur yang membangun drama anak-anak adalah sebagai berikut:
  1. Unsur intrinsic
a)       Tokoh
Tokoh dalam drama anak-anak selain orang dewasa dan anak-anak juga biasa  berupa boneka, binatang,  tumbuhan, dan benda mati, sikap dan tingkah lakunya tetap  menggambarkan kehidupan manusia. Ciri–ciri tokoh drama anak-anak, yaitu yang pertama memiliki ciri-ciri kebadanan seperti: usia, jenis kelamin, keadaan tubuh,dan kondisi wajah. Yang kedua, ciri-ciri kejiwaan, misalnya mentalitas, moral, temperamen, kecerdasan, dan kepandaian dalam bidang tertentu. Yang ke tiga adalah  ciri-ciri kemasyarakatan, misalnya status sosial, pekerjaan, pendidikan, ideology, kegemaran,dan peranannya dalam masyarakat. 
b)     Alur
Alur atau plot dalam drama biasa juga disebut dengan plot atau jalan cerita. Alur atau struktur drama anak-anak pada umumnya mengandung lima rangkaian peristiwa, yaitu:
- Perkenalan adalah rangkaian peristiwa dalam drama anak- anak yang berisi mengenai keterangan tokoh dan latar. Dalam hal ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menjelaskan peristiwa yang akan terjadi.
- Konflik  adalah tahapan rangkaian peristiwa  dalam drama anak-anak yang menimbulkan suasana emosional karena pertentangan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan pencipta- Nya, dan manusia dengan diri sendiri.
- Klimaks adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang menimbulkan puncak ketegangan.
- Antiklimaks adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang menunjukkan  perkembangan lakuan ke arah selesaian.
- Penyelesaian adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang diakhiri kebahagiaan, kedamaian, ataupun kesedihan.
c)      Latar Konsep tentang latar telah  dipelajari sebelumnya pada unsur pembangun karya sastra anak dalam bentuk prosaSeperti yang kita ketahui bahwa latar dalam karya sastra anak yang dikenal adalah latar tempat dan latar waktu.
d)     Tema Pada umumnya tema dalam teks drama anak-anak dinyatakan secara eksplisit. Di samping itu, tema drama anak-anak merupakan pikiran utama yang dikaitkan dengan masalah kebenaran dan kejahatan. Misalnya, perbuatan yang jahat akan dikalahkan oleh perbuatan yang baik.

  1. Unsur Ekstrinsik
Adapun unsur ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra yang berbentuk drama anak-anak, meliputi: yang pertama adalah biografi pengarang, dalam hal ini pengarang sastra anak-anak perlu menjiwai corak kpribadian anak-anak.Yang kedua adalah psikologi, ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang,(P. Hariyanto, 1997-1998: 930), psikologi juga merupakan ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental, baik berkenaan dengan proses mental yang normal maupun tidak normal.Yang ketiga adalah sosiologi, ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai struktur sosial dan proses-proses  sosial, (P. Hariyanto, 1997-1998: 932).

  1. Kelengkapan Drama
a)      Naskah drama : skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum pentas.
b)      Penulis naskah : orang yang menulis skenario dan dialog dalam bentuk jadi naskah drama.
c)      Sutradara : orang yang memimpin atau yang mengatur suatu kelompok drama.
d)     Pemain : orang yang berperan melakonkan cerita.
e)      Lighting : pengatur cahaya dalam pementasan.
f)       Tata busana/make up : bagian kelengkapan drama yang bertugas merias dan memakaian propertis pakaian.
g)      Tata suara : pengatur suara untuk memunculkan efek tertentu dalam pementasan.
h)      Tata panggung : kelengkapan drama yang mengatur latar setiap adegan.
i)        Panggung : tempat bagi pemain untuk melakonkan cerita
F.     Karakteristik Drama

Drama mempunyai tiga dimensi ,yakni dimensi sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh sebab itu naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca sebagaimana dengan novel atau cerita pendek, tetapi lebih dari itu, dalam penciptaan naskah drama dipertimbangkan kemungkinan naskah itu dapat diterjemahkan ke dalam penglihatan, suara, dan gerak laku. Bila sebuah naskah drama dinikmati sebaagai sebuah karya tulis, maka sewaktu membacanya imajinasi pembaca mengarah juga kepada situasi penglihatan suara, dan gerakan fisik para pemainnya, karena semuanya digambarkan atau tergambar dengan jelas di dalam naskah
Drama memberi pengaruh emosional yang lebih kuat di bandingkan dengan karya sastra lain. Hal ini di sebabkan, drama dengan segala peristiwa yang di tampilkan langsung dapat dilihat dengan penonton. Suatu tindakan kekerasan atau perkosaan yang langsung dilihat oleh mata memberi pengaruh emosional yang lebih kuat di bandingkan dengan kalau peristiwa itu berlangsung dalam imajinasi. Pengaruh itu lebih menjadi kuat bila para pemain dan tatanan panggungnya demikian sempurnanya.
Bagi sebagian besar orang, menonton drama lebih menyenangkan dan menghasilkan pengalaman yang lebih lama diingat dibandingkan dengan membaca novel. Hal ini di sebabkan oleh konsentrasi dan intensitasi emosi yang tercipta karna melihat dan mendengar langsung peristiwa-peristiwa itu terjadi.
Drama disusun dengan suatu keterbasan. Ia dibatasi oleh dua konvensi, yaitu: intensitas dan konsentrasi. Kedua konvensi ini ada karna mempertimbangkan bahwa kemungkinan daya mampu mengikuti pementasan. Betapapun menariknya sebuah pementasan, ia dapat menjadi tidak menarik bila berlangsung dalam waktu yang panjang. Di samping itu daya tahan fisik dan mental penonton juga berbeda-beda, sehingga di pertimbangkan jumlah waktu yang kira-kira secara umum masih dapat diikuti secara baik. Oleh sebab itulah intensitas dan konsentrsi itu merupakan kekhususan drama.
Kekhususan drama yang amat penting pula adalah keterbatasan pemain-pemain secara fisik. Salah satu keterbatasan drama secara fisik kalau dibandingkan dengan karya sastra yang lain adalah: drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata. Hal itu disebabkan drama dilakonkan oleh manusia. Drama tidak dapat mempertunjukkan tentang peristiwa kehidupan singa di hutan belantara, tentang malaikat di surga, atau tantang kehidupan dibawah permukaan laut. Memang mungkin memberikan gambaran tentang latar belakang alam dengan menggunakan layar atau dekorasi yang lain. Tetapi alam tidak hidup,laut tidak bergelombang,pohon nyiur tidak melambai.
Drama memiliki keterbatasan pemanfaatan objek material. Di dalam novel,cerpen atau puisi banyak hal yang dapat digunakan sebagai objek material: bahkan dalam film pun banyak yang dapat dimafaatkan dengan menggunakan trick photography,tetapi hal itutidak dapat dilakukan di atas panggung. Sedikit sekali keajaiban dan bencana besar yang dapat dituangkan kedalam drama. Juga harus diingat bahwa tidak semua yang dapat dimasukan kedalam pementasan dapat dilakukan dengan meyakinkan.
Drama dapat memiliki keterbatasan bukan saja dari segi artistik tetapi juga dari segi kepentasan. Tidaklah pantas bila diatas pentas dipertunjukan peristiwa perkelahian yang dapat membuat penonton shock. Bila dalam novel bisa saja digambarkan adegan seks atau pelaku yang bugil, tetapi diatas panggung hal itu mustahil dapat dilakukan. Mengesploitasi nafsu birahi semacam itu dipentas yang dianggap perbuatan jorok, dan dapat menghancurkan nilai sebuah drama atau pertunjukan.
Keterbatasan lain yang dimiliki drama dibandingkan dengan karya sastra yang lain adalah, bahwa drama dibatasi oleh keterbatasan intelegensi rata-rata penonton.Manusia mempunyai keterbatasan dalam menyerap dan memahami suatu yang didengarnya buat pertama kali. Bila dalam membaca novel atau puisi ia dapat saja membaca berkali-kali, atau bertanya kepada orang lain mengenai arti sebuah kata yang sama sekali baru baginya, atau dapat pula dilakukan dengan membuka kamus atau ensiklopedia.
Drama memiliki episode dan jumlah alur yang terbatas. Hal ini berhubungan dengan sifat drama yang mementingkan intensitas dan konsentrasi.
Naskah drama merupakan suatu karya yang isinya melalui percakapan. Percakapan itu disebut wawancang atau dialog. Bila ada bagian yang bukan wawancang, yaitu bagian yang biasanya ditulis dalam tanda kurung (...) disebut kramagung. Wawancang atau dialog itu biasanya ditulis lepas, tidak dimasukkan ke dalam kurung, dihafalkan oleh para pemain. Kramagung(stage direction) merupakan tuntunan bagi pengaturan tingkah laku pemain.







G.    Contoh Drama Anak
Suasana di depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah. Terlihat seorang anak sekolah bernama Meli membeli beberapa kantung kacang dari sebuah warung. Ia segera pulang ke rumahnya.

SUASANA RUMAH MELI:
Meli: Meli membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu segera pergi ke kamarnya. Ibunya melihat tindakan Meli.
Ibu : (marah) "Meli, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu."
Meli : (menyeka keringat di keningnya) "Meli kan capek, Bu. Hari ini rasanya gerah banget. Lagian, kan ada Bi Surti."
Ibu : "Bi Surti pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi Surti?"
Meli : "Biasanyakan Bi Surti yang suka membereskan sepatuku."
Ibu : (kesal) "Untuk hal seperti ini, Ibu rasa kamu bisa me ngerjakannya sendiri."
Meli : (segera mengambil sepatu dan kaus kakinya yang ber serakan) "Aahh… Ibu." Meli segera masuk ke kamarnya.

SUASANA BERGANTI MENJADI KAMAR MELI.
Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan sebuah tempat
sampah. Meli merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia belum mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.
Meli : (sambil membaca buku yang diambilnya dari meja belajar) "Ahh… beginikan lebih enak…." Meli membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.

SUASANA MALAM.
Meli tidak bisa tidur. Ia mendengar suara-suara aneh. Ciiitttt... cit... cittt.... Meli ketakutan. Dari kolong tempat tidurnya, keluar seekor tikus.
Meli kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat tidurnya. Meli mengambil sapu ijuk.
Meli : (mencoba mengusir tikus-tikus) "Ukhhh... mengganggu saja!" (memukul seekor tikus)
Beberapa tikus malah menghampiri Meli.
Meli : (ketakutan dan menjerit-jerit) "Ibu, Ibu tolongin Meli!"
Ibu : (membuka pintu kamar Meli) "Ada apa kok kamu teriak-teriak?"
Meli : (wajahnya pucat) "Ibu, banyak si Jerry!"
Ibu : "Jerry, siapa itu Jerry?"
Meli : (menunjuk ke bawah tempat tidurnya) "Maksud Meli banyak tikus kecil."
Ibu : (kebingungan) "Di mana?"
Meli : "Itu di bawah tempat tidur Meli! Meli takut. Meli tidak mau tidur di kamar Meli."
Ibu : "Ya sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja."

SUASANA PAGI HARI.
Ibu masuk ke kamar Meli. Ia kaget melihat sampah-sampah berserakan di bawah tempat tidur Meli.
Ibu : (berteriak, mukanya cemberut) "Melii…sini!"
Meli : (memakai seragam sekolah) "Ya ada apa, Bu?"
Ibu : "Lihat!" (menunjuk ke sampah yang berserakan) "Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di kamarmu."
Meli : (malu dan tertunduk) "Habis bagaimana dong?"
Ibu : "Lho kok, malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di kamarmu (menunjuk ke tempat sampah). Apa perlu Ibu membuatkan peringatan di sini?"
Meli : "Ibu bisa saja. Meli janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi. Meli kapok sama si Jerry-Jerry nakal."
Ibu : (tersenyum) "Ya sudah, sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus membersihkan kamar mu."
Meli : "Baik, Bu!" Sejak saat itu, Meli selalu menjaga kebersihan kamar nya.





Dari contoh drama di atas dapat ditentukan unsur-unsurnya :
  1. Tokoh dan sifatnya :
Meli bersifat jorok ( Meli membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya, Meli membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya, Kamu jorok sekali, pantas banyak tikus di   kamarmu) .dan Ibu Meli bersifat pemarah ( Meli, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu).
  1. Latar Waktu :
Siang hari (suasana di depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah) dan malam hari (Suasana malam, Meli tidak bisa tidur). Latar tempat di depan sekolah dan di dalam rumah. Latar suasana lucu.
  1. Tema :
Menjaga kebersihan.
  1. Alur :
menggunakan alur maju (pemaparan-pertikaian-klimak-leraian-penyelesaian).
  1. Amanat :
Sebaiknya kita membiasakan hidup bersih.

H.    Nilai-nilai Pendidikan dalam Drama
Selain pemahaman nilai-nilai serta unsur-unsur budi pekerti dapat dilakukan melalui pendidikan agama, pendidikan kesenian dalam upaya penanaman nilai-nilai dan norma pun ikut berperan. Kegiatan kesenian merupakan salah satu upaya mempersiapkan siswa agar tidak merasa canggung terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Sehubungan dengan pentingnya pendidikan dalam penanaman nilai-nilai dan pembentukan tingkah laku, (1993: 49) mengemukakan suatu fenomena yang pendidikan di jenjang T'aman Kanak-Kanak.TK bukanlah sekolah kesenian, bukanlah pula suatu akademi yang diharapkan menghasilkan seniman kreatif, namun tampaknya kegiatan yang sangat menonjol sehari-hari di sekolah adalah suatu usaha mendorong murid-muridnya agar mau, berani, dan mampu menyatakan diri dalam berbagai bentuk kesenian. Di sini siswa didorong untuk mengekspresikan diri (Sapardi, 1993:49-50).
Termasuk dalam kalimat tersebut salah satunya adalah pengajaran sastra, khususnya drama. MeIalui pendidikan pengenalan dan pemahaman terhadap drama, akhirnya dapat memparkaya siswa sebagai pribadi dalam keberadaannya di antara sesamanya, antara siswa satu dengan siswa yang lain. Mengingat, bahwa kesenian dalam proses Sapardi Joko Damono menarik yaitu tentang proses sumber penulisan drama adalah segala permasaiahan dan konflik yang dialami manusia. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa apa yang ada dalam drama merupakan cermin dari kehidupan nyata. Dengan memahami dan mengapresiasi permasalahn yang disampaikan dalam drama, siswa dilatih untuk memecahkan masalah, yang mungkin akan ditemui dalam kehidupan di masyarakat nanti.
Sesuai dengan perkembangan jiwa dan perkembangan kemampuan bersosialisasi dengan masyarakat, maka penyelenggaraan pengajaran drama di sekolah mempunyai arti bagi pemupukan sikap hidup bergotong royong dan belajar tanggung jawab. Siswa perlu dilatih untuk hidup secara bersama dan bertanggung jawab terhadap kewajiban yang diserahkan kepadanya. Dilatih untuk hidup mandiri, belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan.
Selanjutnya, menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Brahirn, 1968:155), sandiwara (drama)  merupakan alat pandidikan yang baik. Dalam sandiwara itu terdapat dasar-dasar pendidikan yang bersifat kesenian (aesthetisch), kebajikan (ethisch) dan religius (uniuk mengajarkan agama), sosial (untuk mengajarkan laku bermasayarakat). (Brahim, 1968:155).
Secara terperinci Brahim (1968:161) mengemukakan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam pengajaran drama, yaitu:
1.         melibatkan para pelajar pada persoalan hidup, memberi kesempatan para pelajar dapat memperdekatkan nilai-nilai kehidupan yang perlu bagi dirinya sendiri, 
2.         dapat menghargai golongan lain, mempunyai peranan dalam pernbentukan pribadi sendiri, merupakan latihan memperguoakan bahasa dengan teratur dan baik, 
3.         melatih anak berpikir cepat, melatih pelajar-pelajar yang lain sebagai penonton, 
4.         murid-rnurid dapat mengerti secara intelektual dan merasakan persoalan social psycholgis itu, menimbulkan diskusi yang hidup, dan mendidik berani mengemukakan pendapat.
5.         menghargai pendirian orang lain, 





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan.
Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak. Ketoprak adalah seni pertunjukan tradisional yang dalam memainkannya diiringi dengan alat-alat musik seperti gamelan, gong, suling, dll. Drama modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
Manfaat drama:
1.      Menyalurkan hobi
2.      Berkelompok (Bersosialisasi)
3.      Pembentukan Postur Tubuh
4.      Apresiasi dramatik.
5.      Pengembangan ujar
6.      Mempertajam kepekaan emosi
7.      Meningkatkan pemahaman
B.     Saran
Hendaknya sekarang ini kita sebagai seorang calon guru harus dapat megajarkan drama kepada anak  agar mereka dapat mengapresiasikan bakat serta dalam rangka pemupukan pendidikan yang berbasis karakter melalui aktiftas kegiatan mengapresiasikan drama.








DAFTAR PUSTAKA

Suyanto. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya :SIC
Suharianto . 1981. Dasar – Dasar Teori Sastra. Surakarta : Widaya Duta
Said, Noor. 2009. Mengenal Teater di Indonesia. Semarang : Aneka Ilmu 

No comments:

Post a Comment

Soal UJian Sekolah Kelas 6 IPA 2024

  PENILAIAN SUMATIF AKHIR JENJANG (PSAJ) TAHUN PELAJARAN 2 023 / 2 024   Mata Pelajaran                          : IPA Kelas/Semest...