MENGAPRESIASI
DRAMA ANAK
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata
Kuliah Apresiasi Sastra Indonesia
Dosen:
Suryat, M.Pd
Nurhaya Abaita (116223111)
Semester: 6/C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP MUHAMMADYAH KUNINGAN
JL. Raya Cigugur No. 28 Kuningan – Jawa Barat 45511 Tlp./Fax. (0232) 874085
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Karunia-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Yang berjudul “Mengapresiasi Drama Anak
”.
Makalah
ini berisikan tentang informasi atau pembahasan tentang bagaimana
pengertian dari drama dan bagaimana mengapresiasi drama anak. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
petunjuk maupun pedoman dan membantu menambah pengetahuan beserta pengalaman
bagi para pembaca.
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna , oleh karena itu kami sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk memberi
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ................................................................................................ i
Daftar
Isi
......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang .................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah .............................................................................. 1
C.
Tujuan
Makalah ................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Drama ............................................................................... 3
B.
Bentuk – Bentuk Drama ...................................................................... 4
C.
Pengertian Drama Anak ....................................................................... 5
D.
Manfaat Drama.................................................................................... 6
E.
Unsur – Unsur Drama ......................................................................... 6
F.
Kriteria Drama .................................................................................... 8
G.
Contoh Drama Anak ......................................................................... 10
H.
Nilai Pendidikan Dalam Darama ........................................................ 12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
....................................................................................... 14
B.
Saran
................................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan,
sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5).
Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya
adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang
kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi
tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir
dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi
dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut
daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah:
Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Drama adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di
zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater.
Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang
menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
Selain itu, seni drama juga telah
menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun
pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi
sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan
yang profesionalitas agar dapat berkembang terus.
Drama anak merupakan sutu bentuk drama
yang lakonnya adalah anak-anak. Karena konteks yang akan kami bahas adalah
drama anak maka sebagian dalam makalah kami akan membahas drama anak tersebut.
Berdasarkan ulasan di atas, maka
penyusun membuat makalah ini guna membantu para pembaca mengerti tentang drama,
unsur-unsur drama, dan contoh drama anak.
B.
RUMUSAN
MASALAH
- Apa pengertian drama?
- Bagaimana Bentuk – Bentuk Drama
?
- Apa pengertian drama anak?
- Apa saja unsur-unsur yang
terdapat drama?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian drama.
2. Mengetahui bentuk – bentuk drama
3. Untuk mengetahui pengertian drama
anak.
4. Untuk mengetahui unusur-unsur yang
terdapat dalam drama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang
berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti
pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang
terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan
ketegangan pada para pendengar. Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah
hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan
kehendak dengan action. Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah
kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak. Arti ketiga
drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada
pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).
Adapun istilah lain drama berasal
dari kata drame, sebuah
kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan
lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih
ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya
arti penting – meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia –
tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern,
istilah drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk
didalamnya tragedi dan lakon absurd.Drama adalah satu bentuk lakon seni yang
bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan
atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun
merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk
kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan
balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi
antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama
hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi
petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli,
dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya
disebut nebentext atau tek sampingan.
B.
Bentuk
– Bentuk Drama Anak
- Berdasarkan
bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua
a) Drama puisi,
yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau
menggunakan unsur-unsur puisi.
b) Drama prosa,
yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
- Berdasarkan
sajian isinya
a) Tragedi (drama
duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat
dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut
mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama
serius yang melukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar
biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
b) Komedi (drama
ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di
dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
c) Tragikomedi
(drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi
berakhir dengan kebahagiaan.
- Berdasarkan
kuantitas cakapannya
a) Pantomim, yaitu
drama tanpa kata-kata
b) Minikata, yaitu
drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
c) Doalogmonolog,
yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
- Berdasarkan
besarnya pengaruh unsur seni lainnya
a) Opera/operet,
yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
b) Sendratari,
yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
c) Tablo, yaitu
drama yang menonjolkan seni eksposisi.
- Bentuk-bentuk
lain
a)
Drama absurd, yaitu drama yang
sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, tematik.
b)
Drama baca, naska drama yang hanya
cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
c)
Drama borjuis, drama yang bertema
tentang kehidupan kam bangsawan (muncul abad ke-18).
d)
Drama domestik, drama yang
menceritakan kehidupan rakyat biasa.
e)
Drama duka, yaitu drama yang khusus
menggambarkan kejathan atau keruntuhan tokoh utama
f)
Drama liturgis, yaitu drama yang
pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad
Pertengahan).
g)
Drama satu babak, yaitu lakon yang
terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran
gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
h)
Drama rakyat, yaitu drama yang
timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di
pedesaan).
C.
Pengertian
Drama Anak
Dari
pengertian drama Secara umum, pengertian drama anak itu sendri adalah teks yang bersifat dialog dan isinya
membentangkan sebuah alur (Luxemburg, 1984: 158). Dapat juga dikatakan bahwa
drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan
mengemukakan emosi lewat akting dan dialog, lazimnya dirancang untuk pementasan
di panggung, (Sudjiman, 1984: 20). Sedangkan secara khusus, pengertian drama
anak-anak adalah proses Akting anak sebagai tokoh. Dalam berperan, mencontoh
atau meniru gerak pembicaraan seseorang, menggunakan atau memanfatkan
pengalaman dan pengetahuan tentang karakter dan situasi dalam suatu lakuan,
baik dialog maupun monolog guna menghadirkan peristiwa dan rangkaian cerita
tertentu, (Wood dan Attfield, 1996:144).
Struktur drama anak-anak merupakan kesatuan yang
bulat dan otonom. Maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur-unsur
lainnya yang terkandung dalam struktur tersebut. Jadi untuk menangkap sebuah
teks drama anak-anak dibutuhkan suatu pembacaan yang bulat, tidak hanya membaca
bagian-bagian tertentu saja, namun harus dibaca secara keseluruhan dan selesai
sampai tamat agar kita dapat menangkap maknanya secara utuh.
Satu bagian yang utuh dalam teks drama mempunyai
unsur protagonis (tokoh utama), antagonis (tokoh yang anti terhadap tokoh
utama) dan tritagonis (tokoh yang mendukung tokoh utama), peristiwa yang
membentuk sebagai alur dan latar yang padu, serta menunjukkan keterkaitannya
sehingga membentuk tema kehidupan.
Ciri -
ciri drama anak-anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari
segi bahasanya, tema, pesannya. Yang berbeda adalah dari segi
dialog yang sederhana dan jumlah adegan yang tidak terlalu
panjang dan berbelit.
D.
Manfaat
Drama Anak
- Menyalurkan hobi
- Berkelompok (Bersosialisasi)
- Pembentukan Postur Tubuh
- Apresiasi dramatik.
- Pengembangan ujar
- Mempertajam kepekaan emosi
- Meningkatkan pemahaman
E.
Unsur-Unsur
Drama Anak
Adapun unsur yang membangun drama
anak-anak adalah sebagai berikut:
- Unsur intrinsic
a)
Tokoh
Tokoh dalam drama anak-anak selain
orang dewasa dan anak-anak juga biasa berupa boneka,
binatang, tumbuhan, dan benda mati, sikap dan tingkah lakunya
tetap menggambarkan kehidupan manusia. Ciri–ciri tokoh drama
anak-anak, yaitu yang pertama memiliki ciri-ciri kebadanan seperti: usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh,dan kondisi wajah. Yang kedua, ciri-ciri kejiwaan,
misalnya mentalitas, moral, temperamen, kecerdasan, dan kepandaian dalam bidang
tertentu. Yang ke tiga adalah ciri-ciri kemasyarakatan, misalnya
status sosial, pekerjaan, pendidikan, ideology, kegemaran,dan peranannya dalam
masyarakat.
b)
Alur
Alur atau plot dalam drama biasa
juga disebut dengan plot atau jalan cerita. Alur atau struktur drama anak-anak
pada umumnya mengandung lima rangkaian peristiwa, yaitu:
- Perkenalan adalah rangkaian
peristiwa dalam drama anak- anak yang berisi mengenai keterangan tokoh dan
latar. Dalam hal ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menjelaskan
peristiwa yang akan terjadi.
- Konflik adalah tahapan
rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang menimbulkan suasana
emosional karena pertentangan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesama
manusia, manusia dengan pencipta- Nya, dan manusia dengan diri sendiri.
- Klimaks adalah tahapan rangkaian
peristiwa dalam drama anak-anak yang menimbulkan puncak ketegangan.
- Antiklimaks adalah tahapan
rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang menunjukkan perkembangan
lakuan ke arah selesaian.
- Penyelesaian adalah tahapan
rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang diakhiri kebahagiaan, kedamaian,
ataupun kesedihan.
c)
Latar Konsep tentang latar
telah dipelajari sebelumnya pada unsur pembangun karya sastra anak
dalam bentuk prosa. Seperti yang kita ketahui bahwa latar dalam
karya sastra anak yang dikenal adalah latar tempat dan latar waktu.
d)
Tema
Pada umumnya tema dalam teks drama
anak-anak dinyatakan secara eksplisit. Di samping itu, tema drama anak-anak
merupakan pikiran utama yang dikaitkan dengan masalah kebenaran dan kejahatan.
Misalnya, perbuatan yang jahat akan dikalahkan oleh perbuatan yang baik.
- Unsur Ekstrinsik
Adapun
unsur ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra yang berbentuk drama
anak-anak, meliputi: yang pertama adalah biografi pengarang, dalam hal ini
pengarang sastra anak-anak perlu menjiwai corak kpribadian anak-anak.Yang kedua
adalah psikologi, ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang,(P.
Hariyanto, 1997-1998: 930), psikologi juga merupakan ilmu yang berkaitan dengan
proses-proses mental, baik berkenaan dengan proses mental yang normal maupun
tidak normal.Yang ketiga adalah sosiologi, ilmu pengetahuan yang mempelajari
berbagai struktur sosial dan proses-proses sosial, (P. Hariyanto,
1997-1998: 932).
- Kelengkapan
Drama
a) Naskah drama :
skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum pentas.
b) Penulis naskah
: orang yang menulis skenario dan dialog dalam bentuk jadi naskah drama.
c) Sutradara :
orang yang memimpin atau yang mengatur suatu kelompok drama.
d) Pemain : orang
yang berperan melakonkan cerita.
e) Lighting :
pengatur cahaya dalam pementasan.
f) Tata
busana/make up : bagian kelengkapan drama yang bertugas merias dan memakaian
propertis pakaian.
g) Tata suara :
pengatur suara untuk memunculkan efek tertentu dalam pementasan.
h) Tata panggung :
kelengkapan drama yang mengatur latar setiap adegan.
i)
Panggung : tempat bagi pemain untuk
melakonkan cerita
F.
Karakteristik Drama
Drama mempunyai tiga dimensi ,yakni dimensi sastra,
gerakan, dan ujaran. Oleh sebab itu naskah drama tidak disusun khusus untuk
dibaca sebagaimana dengan novel atau cerita pendek, tetapi lebih dari itu,
dalam penciptaan naskah drama dipertimbangkan kemungkinan naskah itu dapat
diterjemahkan ke dalam penglihatan, suara, dan gerak laku. Bila sebuah naskah
drama dinikmati sebaagai sebuah karya tulis, maka sewaktu membacanya imajinasi
pembaca mengarah juga kepada situasi penglihatan suara, dan gerakan fisik para
pemainnya, karena semuanya digambarkan atau tergambar dengan jelas di dalam
naskah
Drama memberi pengaruh emosional yang lebih kuat di
bandingkan dengan karya sastra lain. Hal ini di sebabkan, drama dengan segala
peristiwa yang di tampilkan langsung dapat dilihat dengan penonton. Suatu
tindakan kekerasan atau perkosaan yang langsung dilihat oleh mata memberi
pengaruh emosional yang lebih kuat di bandingkan dengan kalau peristiwa itu
berlangsung dalam imajinasi. Pengaruh itu lebih menjadi kuat bila para pemain dan
tatanan panggungnya demikian sempurnanya.
Bagi sebagian besar orang, menonton drama lebih
menyenangkan dan menghasilkan pengalaman yang lebih lama diingat
dibandingkan dengan membaca novel. Hal ini di sebabkan oleh konsentrasi dan
intensitasi emosi yang tercipta karna melihat dan mendengar langsung
peristiwa-peristiwa itu terjadi.
Drama disusun dengan suatu keterbasan. Ia dibatasi oleh
dua konvensi, yaitu: intensitas dan konsentrasi. Kedua konvensi ini ada
karna mempertimbangkan bahwa kemungkinan daya mampu mengikuti pementasan.
Betapapun menariknya sebuah pementasan, ia dapat menjadi tidak menarik bila
berlangsung dalam waktu yang panjang. Di samping itu daya tahan fisik dan
mental penonton juga berbeda-beda, sehingga di pertimbangkan jumlah waktu yang kira-kira
secara umum masih dapat diikuti secara baik. Oleh sebab itulah intensitas dan
konsentrsi itu merupakan kekhususan drama.
Kekhususan drama yang amat penting pula adalah
keterbatasan pemain-pemain secara fisik. Salah satu keterbatasan drama secara fisik
kalau dibandingkan dengan karya sastra yang lain adalah: drama hanya
menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata. Hal itu disebabkan drama
dilakonkan oleh manusia. Drama tidak dapat mempertunjukkan tentang peristiwa
kehidupan singa di hutan belantara, tentang malaikat di surga, atau tantang
kehidupan dibawah permukaan laut. Memang mungkin memberikan gambaran tentang
latar belakang alam dengan menggunakan layar atau dekorasi yang lain. Tetapi
alam tidak hidup,laut tidak bergelombang,pohon nyiur tidak melambai.
Drama memiliki keterbatasan pemanfaatan objek material.
Di dalam novel,cerpen atau puisi banyak hal yang dapat digunakan sebagai objek
material: bahkan dalam film pun banyak yang dapat dimafaatkan dengan
menggunakan trick photography,tetapi hal itutidak dapat dilakukan di atas
panggung. Sedikit sekali keajaiban dan bencana besar yang dapat dituangkan
kedalam drama. Juga harus diingat bahwa tidak semua yang dapat dimasukan
kedalam pementasan dapat dilakukan dengan meyakinkan.
Drama dapat memiliki keterbatasan bukan saja dari segi
artistik tetapi juga dari segi kepentasan. Tidaklah pantas bila diatas pentas
dipertunjukan peristiwa perkelahian yang dapat membuat penonton shock. Bila
dalam novel bisa saja digambarkan adegan seks atau pelaku yang bugil, tetapi
diatas panggung hal itu mustahil dapat dilakukan. Mengesploitasi nafsu birahi
semacam itu dipentas yang dianggap perbuatan jorok, dan dapat menghancurkan
nilai sebuah drama atau pertunjukan.
Keterbatasan lain yang dimiliki drama dibandingkan dengan
karya sastra yang lain adalah, bahwa drama dibatasi oleh keterbatasan
intelegensi rata-rata penonton.Manusia mempunyai keterbatasan dalam menyerap
dan memahami suatu yang didengarnya buat pertama kali. Bila dalam membaca novel
atau puisi ia dapat saja membaca berkali-kali, atau bertanya kepada orang lain
mengenai arti sebuah kata yang sama sekali baru baginya, atau dapat pula
dilakukan dengan membuka kamus atau ensiklopedia.
Drama memiliki episode dan jumlah alur yang
terbatas. Hal ini berhubungan dengan sifat drama yang mementingkan intensitas
dan konsentrasi.
Naskah drama merupakan suatu karya yang isinya melalui
percakapan. Percakapan itu disebut wawancang atau dialog. Bila ada bagian yang
bukan wawancang, yaitu bagian yang biasanya ditulis dalam tanda kurung (...)
disebut kramagung. Wawancang atau dialog itu biasanya ditulis lepas, tidak
dimasukkan ke dalam kurung, dihafalkan oleh para pemain. Kramagung(stage
direction) merupakan tuntunan bagi pengaturan tingkah laku pemain.
G.
Contoh
Drama Anak
Suasana di
depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah. Terlihat seorang anak sekolah
bernama Meli membeli beberapa kantung kacang dari sebuah warung. Ia segera
pulang ke rumahnya.
SUASANA RUMAH MELI:
Meli: Meli membuka sepatu dan kaus
kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu
segera pergi ke kamarnya. Ibunya melihat tindakan Meli.
Ibu : (marah) "Meli, sepatumu
jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk
menyimpan sepatu."
Meli : (menyeka keringat di
keningnya) "Meli kan capek, Bu. Hari ini rasanya gerah banget. Lagian, kan
ada Bi Surti."
Ibu
: "Bi
Surti pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi
Surti?"
Meli : "Biasanyakan Bi Surti
yang suka membereskan sepatuku."
Ibu : (kesal) "Untuk hal
seperti ini, Ibu rasa kamu bisa me ngerjakannya sendiri."
Meli : (segera mengambil sepatu dan
kaus kakinya yang ber serakan) "Aahh… Ibu." Meli segera masuk ke
kamarnya.
SUASANA BERGANTI MENJADI KAMAR MELI.
Di kamar, terdapat sebuah tempat
tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan sebuah tempat
sampah. Meli merebahkan diri di atas
tempat tidurnya. Ia melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia
belum mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.
Meli : (sambil membaca buku yang
diambilnya dari meja belajar) "Ahh… beginikan lebih enak…." Meli
membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan
melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.
SUASANA MALAM.
Meli tidak bisa tidur. Ia mendengar
suara-suara aneh. Ciiitttt... cit... cittt.... Meli ketakutan. Dari kolong
tempat tidurnya, keluar seekor tikus.
Meli kaget. Ia paling takut pada
tikus. Tidak berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat
tidurnya. Meli mengambil sapu ijuk.
Meli : (mencoba mengusir tikus-tikus)
"Ukhhh... mengganggu saja!" (memukul seekor tikus)
Beberapa tikus malah menghampiri Meli.
Meli : (ketakutan dan menjerit-jerit)
"Ibu, Ibu tolongin Meli!"
Ibu : (membuka pintu kamar Meli)
"Ada apa kok kamu teriak-teriak?"
Meli : (wajahnya pucat) "Ibu,
banyak si Jerry!"
Ibu : "Jerry, siapa itu
Jerry?"
Meli : (menunjuk ke bawah tempat
tidurnya) "Maksud Meli banyak tikus kecil."
Ibu : (kebingungan) "Di
mana?"
Meli : "Itu di bawah tempat
tidur Meli! Meli takut. Meli tidak mau tidur di kamar Meli."
Ibu : "Ya sudah, malam ini kamu
tidur bersama kakakmu saja."
SUASANA PAGI HARI.
Ibu masuk ke kamar Meli. Ia kaget
melihat sampah-sampah berserakan di bawah tempat tidur Meli.
Ibu : (berteriak, mukanya cemberut)
"Melii…sini!"
Meli : (memakai seragam sekolah)
"Ya ada apa, Bu?"
Ibu : "Lihat!" (menunjuk
ke sampah yang berserakan) "Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di
kamarmu."
Meli : (malu dan tertunduk) "Habis
bagaimana dong?"
Ibu : "Lho kok, malah tanya.
Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang
sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di kamarmu
(menunjuk ke tempat sampah). Apa perlu Ibu membuatkan peringatan di sini?"
Meli : "Ibu bisa saja. Meli
janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi. Meli kapok sama si
Jerry-Jerry nakal."
Ibu : (tersenyum) "Ya sudah,
sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus membersihkan
kamar mu."
Meli : "Baik, Bu!" Sejak
saat itu, Meli selalu menjaga kebersihan kamar nya.
Dari
contoh drama di atas dapat ditentukan unsur-unsurnya :
- Tokoh dan sifatnya :
Meli bersifat jorok ( Meli membuka
sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu
rumahnya, Meli membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per
satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya,
Kamu jorok sekali, pantas banyak tikus di kamarmu) .dan Ibu Meli
bersifat pemarah ( Meli, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu
sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu).
- Latar Waktu :
Siang hari (suasana di depan sekolah
pada suatu siang sepulang sekolah) dan malam hari (Suasana malam, Meli tidak
bisa tidur). Latar tempat di depan sekolah dan di dalam rumah. Latar suasana
lucu.
- Tema :
Menjaga kebersihan.
- Alur :
menggunakan alur maju
(pemaparan-pertikaian-klimak-leraian-penyelesaian).
- Amanat :
Sebaiknya kita membiasakan hidup
bersih.
H.
Nilai-nilai
Pendidikan dalam Drama
Selain pemahaman
nilai-nilai serta unsur-unsur budi pekerti dapat dilakukan melalui pendidikan
agama, pendidikan kesenian dalam upaya penanaman nilai-nilai dan norma pun ikut
berperan. Kegiatan kesenian merupakan salah satu upaya mempersiapkan siswa agar
tidak merasa canggung terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Sehubungan dengan
pentingnya pendidikan dalam penanaman nilai-nilai dan pembentukan tingkah laku,
(1993: 49) mengemukakan suatu fenomena yang pendidikan di jenjang T'aman
Kanak-Kanak.TK bukanlah sekolah kesenian, bukanlah pula suatu akademi yang
diharapkan menghasilkan seniman kreatif, namun tampaknya kegiatan yang sangat
menonjol sehari-hari di sekolah adalah suatu usaha mendorong murid-muridnya
agar mau, berani, dan mampu menyatakan diri dalam berbagai bentuk kesenian. Di
sini siswa didorong untuk mengekspresikan diri (Sapardi, 1993:49-50).
Termasuk
dalam kalimat tersebut salah satunya adalah pengajaran sastra, khususnya
drama. MeIalui pendidikan pengenalan dan pemahaman terhadap drama, akhirnya dapat
memparkaya siswa sebagai pribadi dalam keberadaannya di antara sesamanya,
antara siswa satu dengan siswa yang lain. Mengingat, bahwa kesenian dalam
proses Sapardi Joko Damono menarik yaitu tentang proses sumber penulisan drama
adalah segala permasaiahan dan konflik yang dialami manusia. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa apa yang ada dalam drama merupakan cermin dari kehidupan
nyata. Dengan memahami dan mengapresiasi permasalahn yang disampaikan dalam
drama, siswa dilatih untuk memecahkan masalah, yang mungkin akan ditemui dalam
kehidupan di masyarakat nanti.
Sesuai
dengan perkembangan jiwa dan perkembangan kemampuan bersosialisasi dengan
masyarakat, maka penyelenggaraan pengajaran drama di sekolah mempunyai arti bagi
pemupukan sikap hidup bergotong royong dan belajar tanggung jawab. Siswa perlu
dilatih untuk hidup secara bersama dan bertanggung jawab terhadap kewajiban
yang diserahkan kepadanya. Dilatih untuk hidup mandiri, belajar bertanggung
jawab atas segala tindakan yang dilakukan.
Selanjutnya,
menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Brahirn, 1968:155), sandiwara (drama)
merupakan alat pandidikan yang baik. Dalam sandiwara itu terdapat
dasar-dasar pendidikan yang bersifat kesenian (aesthetisch), kebajikan (ethisch) dan
religius (uniuk mengajarkan agama), sosial (untuk mengajarkan laku
bermasayarakat). (Brahim, 1968:155).
Secara
terperinci Brahim (1968:161) mengemukakan nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam pengajaran drama, yaitu:
1.
melibatkan
para pelajar pada persoalan hidup, memberi kesempatan para pelajar dapat
memperdekatkan nilai-nilai kehidupan yang perlu bagi dirinya sendiri,
2.
dapat
menghargai golongan lain, mempunyai peranan dalam pernbentukan pribadi
sendiri, merupakan latihan memperguoakan bahasa dengan teratur dan
baik,
3.
melatih
anak berpikir cepat, melatih pelajar-pelajar yang lain sebagai
penonton,
4.
murid-rnurid
dapat mengerti secara intelektual dan merasakan persoalan social psycholgis
itu, menimbulkan diskusi yang hidup, dan mendidik berani mengemukakan
pendapat.
5.
menghargai
pendirian orang lain,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki
bagian untuk diperankan oleh aktor.Sedangkan
dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku,
mimik dan perbuatan.
Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/
tokoh pelakunya adalah anak-anak. Ketoprak adalah seni pertunjukan tradisional
yang dalam memainkannya diiringi dengan alat-alat musik seperti gamelan, gong,
suling, dll. Drama
modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan
kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
Manfaat
drama:
1.
Menyalurkan
hobi
2. Berkelompok (Bersosialisasi)
3. Pembentukan Postur Tubuh
4. Apresiasi dramatik.
5. Pengembangan ujar
6. Mempertajam kepekaan emosi
7. Meningkatkan pemahaman
B.
Saran
Hendaknya sekarang ini kita sebagai seorang calon guru harus dapat
megajarkan drama kepada anak agar mereka
dapat mengapresiasikan bakat serta dalam rangka pemupukan pendidikan yang berbasis karakter melalui aktiftas
kegiatan mengapresiasikan drama.
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto.
2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan
Sastra. Surabaya :SIC
Suharianto
. 1981. Dasar – Dasar Teori Sastra.
Surakarta : Widaya Duta
Said,
Noor. 2009. Mengenal Teater di Indonesia.
Semarang : Aneka Ilmu
No comments:
Post a Comment