Sunday, July 9, 2017

Makalah Sastra Kelas Tinggi

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengeksresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial.
Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai. Dari 2796 bahasa di dunia, semuanya memiliki bentuk bahasa lisan, tetapi hanya 153 saja yang mengembangkan bahasa tulisnya (Stewig, 1983).
Anak-anak memasuki awal sekolah sudah mampu berbicara untuk mengekspresikan kebutuhannya, bertanya, dan untuk belajar tentang dunia yang akan mereka kembangkan. Namun demikian, mereka belum mampu untuk memahami dan memproduksi kalimat-kalimat kompleks dan belum memahami variasi penggunaan bahasa yang didasarkan pada situasi yang berbeda. Hal ini menjadi tangung jawab guru untuk membangun pondasi kemampuan berbahasa, terutama kemampuan berbahasa lisan dalam kaitannya dengan situasi komunikasi yang berbeda-beda.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana konsep dari kemampuan berbicara ?
2.      Bagaimana teori dari kemampuan berbicara ?
3.      Apa strategi dalam meningkatkan kemampuan berbicara ?



C.      TUJUAN
1.      Mengetahui konsep kemampuan berbicara ?
2.      Mengetahui  teori  kemampuan berbicara ?
3.      Mengetahui strategi  meningkatkan kemampuan berbicara ?





























BAB II
PEMBAHASAN

A.     Konsep dan Teori
Para pakar mendefinisikan kemampuan berbicara secara berbeda-beda. Tarigan(1985) menyebutkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Batasan ini diperluas sehingga berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audioble) yang terlihat (visible)
Dalam kegiatan menyimak, aktivitas kita diawali dengan mendengar dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi. Kegiatan berbicara tidak demikian, kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan tersebut. Penyampaian isi pikiran dan perasaan, penyampaian informasi, gagasan, serta pendapat yang selanjutnya disebut pesan (message) ini diharapkan sampai ke tujuan secara tepat.
Dalam menyampaikan pesan, seseorang menggunakan bahasa, dalam hal ini ragam bahasa lisan. Seseorang yang menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat mengerti atau memahaminya. Apabila isi pesan itu dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan terjadi komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi tersebut pada akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan bagi penerimanya.

1.      Pengertian Berbicara
Secara umum berbicara merupaka suatu proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran dan juga  dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan (1983:15), misalnya mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain.
Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Saluran untuk memindahkannya adalah udara. Selanjutnya, simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, ia dapat mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Tahap selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan. Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami dengan cara memperbandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa berbahasa.
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik, yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman muka pun dimanfaatkan dalam berbicara. Stabilitas emosi, misalnya tidak saja berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan. Berbicara juga tidak terlepas dari faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang berhubungan dengan makna, dan faktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna.

2.      Proses Berbicara
Kegiatan berbicara dilakukan untuk dua hal, yakni yang pertama untuk mengadakan hubungan sosial, merupakan percakapan dalam suasana santai. Sedangkan  yang kedua untuk melaksanakan suatu layanan, kegiatan berbicara ini antara lain mengikuti wawancara untuk memperoleh pekerjaan, memesan makanan di rumah makan, mendaftar sekolah dan sebagainya.
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal tidak secara horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi, dan sebagainya. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik.
Proses pembentukan kemampuan berbicara ini dipengaruhi oleh pajanan aktivitas berbicara yang tepat. Bentuk aktivitas yang dapat dilakukan di dalam kelas untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa antara lain: memberikan pendapat atau tanggapan pribadi, bercerita, menggambarkan orang/barang, menggambarkan posisi, menggambarkan proses, memberikan penjelasan, menyampaikan atau mendukung argumentasi.

3.      ASPEK YANG MEMPENGARUHI KEMAHIRAN BERBICARA
Dalam rangka pembinaan keterampilan berbicara, hal yang perlu mendapat perhatian guru dalam membina keefektifan berbicara menurut Arsyad ada dua aspek, yakni: aspek kebahasaan mencakup: (a) lafal, (b) intonasi, tekanan, dan ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat, dan aspek non-kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan suara, (b) kelancaran, (c) sikap berbicara, (d) gerak dan mimik, (e) penalaran, (f) santun berbicara.
Jalongo (1992) menyatakan pendapatnya bahwa dalam praktik berbahasa baik dalam bentuk reseptif maupun produktif/ekspresif komponen kebahasaan akan selalu muncul. Komponen kebahasaan tersebut adalah: (a) fonologi, (b) sintaktis,(c) semantik, dan (d) pragmatik.
Berkaitan dengan komponen fonologis anak dituntut untuk menguasai sistem bunyi. Tingkah laku yang tampak pada anak adalah pemahaman serta pemroduksian bunyi-bunyi lingual, seperti tekanan, nada, kesenyapan, atau ciri-ciri prosodi yang lain.
Komponen sintaktis menurut penguasaan sistem gramatikal. Tingkah laku sintaktik pada diri anak adalah pengenalan srtuktur ucapan, serta pemroduksian kecepatan struktur ujaran.
Komponen semantik berkaitan dengan penguasaan sistem makna. Tingkah laku semantik pada diri anak adalah pemahaman akan makna, sedangkan produksinya berupa ujaran yang bermakna. Sedangkan komponen pragmatik menuntut anak akan sistem interaksi sosial makna. Tingkah laku pragmatik yang tampak pada diri anak adalah pemahaman terhadap implikasi sosial dari suatu ujaran. Produksinya berupa ujaran-ujaran yang sesuai dengan situasi sosial, situasi sosial itu berhubungan dengan: (a) siapa yang berbicara, (b) dengan siapa berbicara, (c)apa yang dibicarakan, (d) bagaimana membicarakan, (e) kapan dan di mana dibicarakan, (f) menggunakan media apa dalam membicarakan (Hymes, 1971).
Dari aspek kebahasaan dan non-kebahasaan yang telah disebutkan di atas, guru dapat mengefektifkan penggunaan serta mengontrol kesalahan yang terjadi pada siswa. Sehingga siswa dalam malaksanakan tindakan berbicara dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.

B.     STRATEGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA
 Kesemptan yang baik untuk mengembangkan keterampilan berbicara adalah pada tahap publikasi dalam proses menulis. Banyak anak yang senang mengubah karangannya dalam bentuk drama pendek yang di perankan di kelas. Pada kesempatan memerankan adegan inilah anak – anak memiliki kesempatan untuk berlatih berbicara. Mereka dapat pula memperlihatkan dan mempelajari keterampilan berakting teman – temanya.
1.     Kegiatan – kegiatan untuk Mengembangkan Ketrampilan Berpikir
Tompkins dan Hoskisson (1991) membagi kegiatan berbahsa lisan sebagai berikut :
a.       Kegiatan berbicara informal, meliputi percakaapan, menunjuk dan menceritakan, serta diskusi.
b.      Kegiatan berbicara interpretative meliputi, pengisahan cerita dan pembacaan drama.
c.       Kegiatan yang lebih formal meliputi laporan lisan, wawancara dan debat.
d.      Kegiatan dramatic, meliputi bermain drama, bermain peran, bermain boneka tangan, penulisan naskah dan produksi teater, dan sebagainya
Menurut Ellis, Standal, pennau dan Rummel (1989) kegiatan yang dapat memberiakan kesempatan kepada anak untuk berlatih menggunakan bahasa lisan antara lain diskusi,pelaporan, pengisahan cerita, paduan suara, drama, improvusasi, dan kegiatan komunikasi lisan yang lainnya.
Adapun cara mengembangkan kemampuan berbicara siswa dapat dilakukan dengan .
a.       Menggali minat siswa
b.      Melatih kefasiahn dan kejelasan berbicara
c.       Kecakapan menyimak
d.      Mendiagnosa keadaan siawa
e.       Masalah suara (Suryanto, 1987)
Pailine Gibbons (1993) menyarankan bahwa untuk mengembangkan bahasa lisan siswa, guru harus mengusahakan kelas yang interaktif. Dalam kelas interaktif tersebut terdapat aktiviatas yang menuntut anak untuk berpartisipasi serta menggunakan kemampuan, pengalaman serta pengetahuannya.

2.     Menyajikan Informasi
      Salah satu kegiatan penyajian informasi yang sesuai bagi siswa SD ialah menyampaikan laporan secara lisan. Untuk mengingatkan agar mereka mengunakan cara – cara yang efektif dalam menyajikan laporan secara lisan, masalah mereka menceritakan  hal – hal yang mereka inginkan dan tidak mereka inginkan dari seorang pembicara. Guru juga perlu menyatakan kepada siswa bahwa Guru benar – benar ingin mendengarkan penyajian laporan dari mereka. Selain itu yakinkan mereka bahwa mereka dapat melakukannya dengan baik.
      Bentuk kegiatan yang lain untuk melatih penyajian informasi ialah dengan berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak – anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun dan menyajikan suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar.
Laporan lisan merupakan suatu cara untuk mendorong anak supaya mampu mengungkapkan apa yang ingin disampaikan kepada orang lain. Wujud laporan itu dapat berupa informasi, deskripsi, keyakinan, dan penjelasan, winiasih (1996).

3.     Berpartisipasi dalam diskusi
            Diskusi kelas atau kelompok kecil dapat dilakukan setiap hari. Diskusi dapat digunakan untuk merencanakan, menyampaikan dan menggali masalah serta mengembangkan ekpresi verbal. Dalam diskusi yang anggotanya kecil sangat efektif untuk mendorong kemampuan berbicara siswa. Siswa secara bebas dapat mengungkapkan gagsan serta mereka berani mengambil resiko kesalahan untuk mengemukakan pendapat walaupun tidak lengkap. Mereka dapat memainkan peran yang beragam dalam diskusi yang anggotanya kecil. Hal tersebut disebabkan bahasa yang digunakan informal, dan anggotanya hanya 3-5 orang.
          Diskusi kelompok kecil dapat diorganisasikan untuk membicarakan berbagai topik. Moffect (1968) mengajukan tiga jenis topic diskusi, yakni : topic bilangan, kronologi, dan topic perbandingan.
a.       Topik bilangan, baik untuk memperkenalkan anak pada butir-butir dan katagori tertentu, misalnya jenis binatang, tumbuhan, transportasi, mata pencaharian dan sebagainya.
b.      Topik kronologi, memperkenalkan anak pada urutan kejadian atau peristiwa. Misalnya menyusun rencana karya wisata, mendiskusikan peristiwa kecelakaan, melakukan dan mengorganisasikan eksperimen karya ilmiah dan sebagainya.
c.       Topik perbandingan, memperkenalkan anak pada perbandingan berbagai hal, misalnya membandingkan keindahan bunga, binatang dan alat-alat rumah tangga. Perbandingan tersebut menyangkut persamaan dan perbedaan benda, barang atau hal .
          Dalam melaksanakan diskusi, anak-anak memerlukan panduan dari guru. Untuk pertama kalinya anak dapat melakukan diskusi, guru memandu. Mereka perlu mengenal struktur percakapan dan memerlukan berbagai kesempatan untuk memperoleh keterampilan diskusi. Coody mengemukakan garis besar panduan diskusi untuk anak-anak.
a.       Siswa perlu memiliki pengetahuan tentang topic.
b.      Guru atau siswa membuka topic dengan membuat pertanyaan pembukaan.
c.       Tanggung jawab guru untuk mengelola diskusi dengan cara mengatur pertanyaan dan mendorong partisipasi.
d.      Pada waktu tertentu guru dapat menyuruh siswa menjelaskan dan memperluas gagasan.
e.       Guru perlu menggambarkan pemikiran dan informasi semua segi persoalan melalui pertanyaan. Guru harus netral.
f.        Guru tetap mempunyai peranan dalam mendiskusikan topic.
g.       Guru harus memberikan cukup waktu kepada siswanya untuk menjawab. Siswa perlu waktu untuk berpikir, menganalisis, dan merangkai informasi sebelum mereka berbicara. Penelitian menunjukan bahwa semakin lama waktu tunggu untuk menjawab, menunjukan tingkat berpikir anak.
h.      Guru perlu mendorong partisipasi anak yang kurang berbicara.
i.         Pada awal simpulan butir-butir utama dilakukan oleh guru, tetapi selanjutnya dilakukan siswa.

4.     Menceritakan Kembali Cerita dengan Bahasa Sendiri
          Reproduksi cerita dapat dimulai dari guru atau menunjuk salah satu siswa untuk membacakan suatu cerita di depan kelas. Siswa yang ada di dalam kelas disuruh menyimak, dan setelah selesai dibacakan siswa yang lain disuruh menceritakan kembali dengan menggunakan bahasanya sendiri. Tujuan aktivitas ini untuk melatih siswa menggunakan bahasa dan kata-kata sendiri dalam berbicara.
          Apabila cara tersebut masih mengalami hambatan, maka guru dapat memberikan bimbingan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada cerita tersebut. Dengan pertanyaan-pertanyaan itu kemungkinan siswa akan teringat kembali sesuatu yang trasa hilang. Hal ini akan membuat senang siswa karena mendapat bimbingan dari guru untuk mendapatkan kembali sesuatu yang hilang tersebut.

5.     Paduan Suara (Choral Speaking)
          Paduan suara mengacu pada sekelompok anak yang menyuarakan suatu bagian dari karya sastra secara bersama-sama. Keuntungan dari paduan suara ini adalah meningkatkan efektivitas ungkapan lisan, menambah minat anak pada sastra, dan meningkatkan kesenangan anak.
          Selain itu paduan suara juga merupakan teknik yang baik untuk membangun rasa percaya diri. Saat mereka menyarakan bersama-sama dengan teman, anak-anak tidak merasa takut atau rendah diri, bahkan mereka mungkin akan merasa senang.

6.     Improvisasi
          Improvisasi ini digunakan untuk melatih berbicara, mengembangkan imajinasi dan menentukan makna. Karena improvisasi adalah permainan tanpa naskah, dari hal yang sederhana, diberi konflik, perwatakan, suasan dan emosi. Misalnya improvisasi orang yang senang.

7.     Kegiatan Komunikasi Lisan yang Lain
          Kegiatan komunikasi yang lain dapat mendorong aktivitas berbicara siswa, yaitu membawakan acara, memberi petunjuk, menggunakan telepon, mengadakan wawancara, bermain drama, bermain peran, seminar, memperkenalkan diri, menyampaikan komentar, menyanggah atau mempertahankan pendapat, menolak permintaan dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman latihan itu akan mengarahkan siswa pada kemahiran berbicara.
          Keterampilan berbicara perlu dimiliki seorang siswa, agar dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Karena bila tidak, ia akan merasa terkucil dari lingkungannya. Begitu pentingnya peranan berbicara secara efektif maka siswa perlu mendapat pembinaan. Pembinaan keterampilan berbicara di sekolah perlu memperhatikan beberapa aspek, yakni aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan.
          Suasana interaktif dibutuhkan dalam membina keterampilan berbicara. Suasana tersebut memungkinkan adanya interaksi yang terjadi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Respon guru dibutuhkan dalam interaksi ini, sehingga timbul dorongan percaya diri pada anak untuk berbicara.
          Adapun strategi lain yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicara siswa antara lain sebagai berikut :
a.       Ulang – Ucap
Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru. Model ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Suara guru harus jelas, intonasinya tepat, dan kecepatan berbicara normal.
b.      Lihat – Ucap
Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan nama benda tersebut. Benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat oleh guru disesuaikan dengan lingkungan siswa. Bila bendanya tidak ada atau tidak memungkinkan dibawa ke dalam kelas, benda tersebut digantikan oleh tiruannya atau gambarnya.

c.       Memerikan
Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsikan sesuatu. Sisiwa disuruh memperhatikan sesuatu benda atau gambar benda, kesibukan lalu lintas, melihat pemandangan atau gambarnya dengan teliti. Kemudian siswa diminta menjelaskan atau memeriksa apa yang telah dilihatnya secara lisan.
d.      Menjawab Pertanyaan
Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk berbicara dengan menjawab sejumlah pertanyaan mengenai dirinya misalnya mengenai nama, usia, tempat tinggal, pekerjaan orang tua.
e.       Bertanya
Melalui pertanyaan, siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap sesuatu hal. Tingkat atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan tingkat kedewasaan siswa. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan yang diinginkannya. Anak kecil yang belajar mengenali lingkungannya sering bertanya, ini apa ? itu apa ? salah satu permainan bahasa dapat digunakan untuk latihan bertanya ialah Twenty Questions.
f.         Pertanyaan Menggali
Salah satu cara membuat banyak berbicara ialah pertanyaan menggali. Jenis pertanyaan merangsang siswa banyak berfikir. Di samping memancing siswa berbicara, pertanyaan menggali juga dapat digunakan untuk menilai kedalaman dankeluasan pemahaman sisewa terhadap suatu masalah.
g.       Melanjutkan Ceritaa
Dua, tiga, empat orang siswa bersama-sama menyusun cerita secara spontan. Kadang-kadang guru boleh juga terlibat dalam kegiatan ini, misalnya guru mengawali cerita, dan cerita itu dilanjutkan siswa kedua, ketiga dan diakhiri oleh siswa berikutnya. 
h.      Menceritakan Kembali
Guru mempersiapkan bahan bacaan, siswa membaca bahan itu dengan seksama. Kemudian guru meminta siswa menceritakan kembali isi cerita dengan kata-katanya sendiri.
i.         Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topic antara dua atau lebih pembicara. Dalam percakapan ada dua kegiatan, yakni menyimak dan berbicara silih berganti. Suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan dan wajar.
j.         Para frase
Prafase berarti alih bentuk, misalnya memprosakan puisi atau sebaliknya mempuisikan prosa. Di sekolah kegiatan memprosakan puisi sering dilakukan daripada mempuisikan prosa.
k.       Reka Cerita Gambar
Sebuah gambar atau rangkaian beberapa gambar merupakan sarana ampuh untuk memancing, mendorong atau memotivasi seorang siswa berbicara. Penghayatan atau pemahaman terhadap suatu gambar atau seri gambar akan berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.
l.         Bercerita
Kegiatan bercerita menuntun siswa kearah pembicaraan siswa yang lebih baik. Lancar bercerita berarti lancer berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara jelas, intonasi yang tepat, urutan kata sistematis, menguasai masa mendengarkan dan berperilaku menarik.
m.    Memberi Petunjuk
Memberi petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak sesuatu tempat menuntut sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat dan tepat. Siswa yang sering berlatih member petunjuk secara lisan, akan mendapat keuntungan keterampilan berbicara.
n.      Melaporkan
Melaporkan berarti menyampaikan gambaran, lukisan atau peristiwa terjadinya sesuatu hal. Hal yang dilaporkan daapt berwujud bermacam-macam, misalnya pertandingan olahraga.
o.      Bermain Peran
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa.

p.      Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk Tanya jawab, pewawancara biasanya wartawan atau penyiar radio atau televise. Orang yang diwawancara adalah orang yang berprestasi, ahli atau istimewa. Melalui kegiatan latihan wawancara siswa dapat mengembangkan keterampilan berbicaranya.
q.      Diskusi
Diskusi adalah proses perlibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah dicapai melalui tukar pendapat. Diskusi merupakan sarana yang ampuh bagi pengembanagan keterampilan berbicara. Berlatih didkusi berarti berlatih berbicara.
r.       Bertelepon
Bertelepon adalah percakapan anatara pribadi dalam jarak jauh. Komunikasi ini sejenis komunikasi lisan jarak jauh. Ciri khas bertelepon ialah berbicara jelas, singkat dan lugas.
s.       Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Melalui dramatisasi siswa dilatih mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.

8.     Evaluasi Berbicara
           Pengecekan kemampuan berbicara siswa dilakukan dengan mengacu pada kompetensi dasar sebagaimana ditetapkan dalam kurikulum. Adapun bentuk evaluasi yang dilakukan sebaiknya lebih kontekstual melalui pemberian tes. Bentuk tes yang tepat dipilih guru antara lain tes tes performasi (performance test). Dengan demikian, evaluasi yang dilakukan dirasakan anak lebih bermakna, dan guru mendapatkan data kemampuan siswa secara otentik. Adapun bentuk evaluasi lainnya sebagai berikut :


a.       Pengulangan
Melalui rekaman diperdengarkan kalimat pendek dan siswa diminta mengulang.
b.      Hafalan
Siswa mengucapkan suatu sajak yang sudash dihafalkan. Guru menilai dengan menggunakan pedoman penilaian yang sudah dipersiapkan, misalnya dengan suatu daftar penilaian seperti berikut.
c.       Percakapan terpimpin
Guru menceritakan situasi percakapan, misalnya antara guru dan siswa. Dua orang siswa diminta melakukan percakapan itu. Untuk membantu ingtan siswa, diberikan beberapa kata kunci.
d.      Percakapan Bebas/Wawancara
Tes ini merupakan tes berbicara yang paling wajar. Tes ini berbentuk bebas antara siswa dengan guru atau dengan pewawancara yang baik. Jika digunakan cara terakhir (dengan pewawancara) guru sama sekali tidak mencampuri percakapan. Ia dapat duduk dibelakang siswa sambil memberikan penilaian yang lebih objektif dan cermat. Pemberian nilai tes berbicara dalam bentuk wawancara ini harus dilakukan secara langsung.
1) Bunyi suara merupakan suatu faktor yang penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak.
2) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya anak mempergunakan bahasa yang didengar serta disimaknya (Dawson {et all}, 1963:29; Tarigan, 1985:2)





BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar).
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik.Dalam rangka pembinaan keterampilan berbicara tersebut, selain faktor-faktor tersebut, ada dua aspek perlu mendapat perhatian guru dalam membina keefektifan berbicara, yakni: aspek kebahasaan mencakup: (a) lafal, (b) intonasi, tekanan, dan ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat, dan aspek non-kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan suara, (b) kelancaran, (c) sikap berbicara, (d) gerak dan mimik, (e) penalaran, (f) santun berbicara.
Untuk mengembangkan bahasa lisan siswa, guru harus mengusshakan kelas yang interaktif, yang terdapat aktifitas yang menuntut anak untuk berpartisipasi serta menggunakan kemampuan, pengalaman serta pengetahuannya.












DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti M.K. dan Maidar G. Arsjad. (1993). Bahasa Indonesia 1. Jakarta:Departeman Pendidikan Dan Kebudayaan.  
Mulyati, Yeti. ( 2010). BAHASA INDONESIA. Jakarta:Universitas Terbuka

Resmini,  Novi dan Dadan Juanda. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS

No comments:

Post a Comment

Soal UJian Sekolah Kelas 6 IPA 2024

  PENILAIAN SUMATIF AKHIR JENJANG (PSAJ) TAHUN PELAJARAN 2 023 / 2 024   Mata Pelajaran                          : IPA Kelas/Semest...